Pemerintah akhirnya memasok beras dari Vietnam hingga Thailand setelah 3 tahun puasa impor. Impor beras ini dilakukan untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menjelaskan sebelum diputuskan impor beras untuk CBP, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memenuhi stok tersebut. Awalnya, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk membeli beras petani dengan harga berapapun.
"Stoknya Bulog berkurang banyak, mesti cari kalau nggak, terganggu tidak terkendali. Kita ratas segera beli harga di berapapun di atas Rp 6.000 tetapi gabahnya sudah nggak ada, memang nggak musim panen. Memang nggak musim panen, kalau beras terakhir Rp 10.200 dibeli dicari nggak ada," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan) stok beras tahun ini surplus. Anehnya, Kementan malah tidak bisa memasok CBP dalam 18 hari ke Perum Bulog
"Stok Bulognya tambah tipis tentu akan menjadi isu bagi pedagang-pedagang harga bisa tak terkendali, kita tidak mau beras ini sebagai makanan pokok kita. Selama 6 hari kita cari, 6 hari lagi kita cari, nggak dapat, tambah lagi 6 hari ke mana mana lagi nggak dapat," ungkapnya.
Alhasil diputuskan untuk menambah cadangan Bulog sebanyak 500 ribu ton dari impor. Izin itu merupakan hasil rapat terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Diputuskan untuk menambah cadangan Bulog sebanyak 500 ribu ton," terangnya.
Zulhas menegaskan sebenarnya sebenarnya pemerintah tidak ingin melakukan impor, jika pasokan di dalam negeri mencukupi. Izin impor ditandatangani Zulhas sebanyak 500 ribu ton. Tetapi yang akan datang bulan ini baru sebanyak 200 ribut ton.
"Kita impor baru datang ini 200 ribu. Jadi biar tidak simpang siur tidak ada yang mau impor, itu tidak ada. Presiden, Pak Bulog, Saya, Pak Arief tidak ada kita yang ingin kalau kita produksinya cukup. Buat apa impor kalau berasnya ada," jelasnya.
Sebelumnya Zulhas juga pernah bercerita dia ditugaskan Jokowi mendampingi Menteri Pertanian mencari beras untuk CBP. Namun, saat diberi waktu selama 18 hari, pasokan beras tidak juga dapat.
"Saya diminta mendampingi Mentan membeli beras itu, 6 hari kerja belum dapat, ditambah lagi 6 hari kerja belum dapat, ditambah lagi 6 hari kerja belum dapat. Stok kita lama-lama menipis," kata Zulhas saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Rabu (7/12/2022).
Zulhas mengatakan, sebenarnya dirinya sempat menolak adanya wacana impor beras. Karena informasi yang dia dapat dari Kementan, beras di dalam negeri ada berlebih atau surplus. Pasokan tersebut dipertanyakan dalam rapat terbatas (ratas) yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Impor beras itu, menurut data Kementan beras stok kita 7 juta. Oleh karena itu rapat dua kali saya menolak impor beras karena datanya surplus," ungkapnya.
"Kemudian kita ratas dipimpin pak Presiden 'kalau begitu mana berasnya?' agar dibeli, stok Bulog bisa ditambah. Karena stok beras operasi pasar terus stoknya sedikit lagi. Karena stok itu harus 1,2 juta ton," lanjut Zulhas.
Hingga akhirnya Kementan diberikan waktu lebih dari 6 hari, tetapi pasokan itu belum didapatkan. Oleh sebab itu di putuskanlah izin impor beras berdasarkan hasil rapat terbatas (Ratas) dengan Jokowi.
"Ratas memutuskan bidang pangan ada Bapanas, dipimpin Menko, dan bapak Presiden diputuskan kita harus menambah cadangan Bulog, tetapi dibeli di luar negeri," tutur Zulhas.