Penyerapan beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Perum Bulog tahun ini menjadi yang terendah dalam lima tahun terakhir. Ujungnya, pemerintah memutuskan impor demi memasok CBP.
Lantas mengapa penyerapan beras Bulog rendah tahun ini hingga berujung impor beras? Untuk informasi, CBP merupakan persediaan beras yang dikelola oleh pemerintah melalui Perum Bulog untuk menjaga harga beras di pasaran, operasi pasar, dan penyaluran beras ketika terjadi keadaan darurat seperti bencana alam.
Bulog memiliki tugas dari pemerintah setidaknya memiliki pasokan CBP 1-1,2 juta ton. Namun, dalam data realisasi pengadaan gabah beras sampai 5 Desember 2022, penyerapan Bulog hanya 954.462 ton. Penyerapan pada semester I, 550.134 ton dan semester II sebanyak 404.329.
Angka itu turun dari penyerapan tahun sebelumnya 2021 mencapai 1.216.311 ton. Di mana saat semester I-2021 mencapai 739.133 ton dan 477.178 ton. Penyerapan 2020 sebanyak 1.256.507 ton, 2019 sebanyak 1.201.264 ton, dan 2018 sebanyak 1.488.584 ton. Informasi ini didapat dari paparan Bulog saat rapat dengan Komisi IV DPR dan Kementerian Pertanian pada 7 Desember 2022.
Penyerapan yang rendah ini disebut tidak serta merta kesalahan dari Perum Bulog. Menurut Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori tugas Perum Bulog dalam menyerap gabah dan beras petani ini diikat oleh aturan dari pemerintah, dari kualitas hingga harga.
"Aturannya ketat tidak boleh sembarangan, karena kalau sembarangan akan menimbulkan kerugiannya. Harga saja diatur untuk membeli gabah itu dulu Rp 4.200 per kg dan beras sebelumnya Rp 8.300/kg," ujarnya kepada detikcom, Jumat (30/12/2022).
Kemudian, pada awal 2022 harga beras melonjak. Sedangkan harga fleksibilitas atau harga beras yang akan dibeli Bulog masih di bawah harga pasaran. Belum lagi, ketetapan harga itu direspons juga oleh perusahaan swasta.
Perusahaan swasta itu akan membeli beras atau gabah petani di atas harga fleksibilitas. Saat itu harga fleksibilitas beras dan gabah oleh Bulog Rp 8.300/kg ataupun Rp 4.200/kg, sehingga petani lebih memilih untuk menjualnya ke perusahaan swasta. Oleh sebab itu, penyerapan Perum Bulog sedikit pada awal tahun karena juga bersaing dengan perusahaan swasta.
Serapan beras sedikit tapi penyaluran naik. Cek halaman berikutnya.