Biang Kerok Penyerapan Beras Bulog Rendah Berujung Impor 500.000 Ton

Biang Kerok Penyerapan Beras Bulog Rendah Berujung Impor 500.000 Ton

Aulia Damayanti - detikFinance
Sabtu, 31 Des 2022 13:30 WIB
Pemerintah memberikan izin impor beras sebanyak 500 ribu ton kepada Bulog. Hari ini 5.000 ton beras asal Vietnam masuk lewat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
5.000 Ton Beras Impor Asal Vietnam di Tanjung Priok/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Penyerapan beras untuk cadangan beras pemerintah (CBP) oleh Perum Bulog tahun ini menjadi yang terendah dalam lima tahun terakhir. Ujungnya, pemerintah memutuskan impor demi memasok CBP.

Lantas mengapa penyerapan beras Bulog rendah tahun ini hingga berujung impor beras? Untuk informasi, CBP merupakan persediaan beras yang dikelola oleh pemerintah melalui Perum Bulog untuk menjaga harga beras di pasaran, operasi pasar, dan penyaluran beras ketika terjadi keadaan darurat seperti bencana alam.

Bulog memiliki tugas dari pemerintah setidaknya memiliki pasokan CBP 1-1,2 juta ton. Namun, dalam data realisasi pengadaan gabah beras sampai 5 Desember 2022, penyerapan Bulog hanya 954.462 ton. Penyerapan pada semester I, 550.134 ton dan semester II sebanyak 404.329.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angka itu turun dari penyerapan tahun sebelumnya 2021 mencapai 1.216.311 ton. Di mana saat semester I-2021 mencapai 739.133 ton dan 477.178 ton. Penyerapan 2020 sebanyak 1.256.507 ton, 2019 sebanyak 1.201.264 ton, dan 2018 sebanyak 1.488.584 ton. Informasi ini didapat dari paparan Bulog saat rapat dengan Komisi IV DPR dan Kementerian Pertanian pada 7 Desember 2022.

Penyerapan yang rendah ini disebut tidak serta merta kesalahan dari Perum Bulog. Menurut Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori tugas Perum Bulog dalam menyerap gabah dan beras petani ini diikat oleh aturan dari pemerintah, dari kualitas hingga harga.

ADVERTISEMENT

"Aturannya ketat tidak boleh sembarangan, karena kalau sembarangan akan menimbulkan kerugiannya. Harga saja diatur untuk membeli gabah itu dulu Rp 4.200 per kg dan beras sebelumnya Rp 8.300/kg," ujarnya kepada detikcom, Jumat (30/12/2022).

Kemudian, pada awal 2022 harga beras melonjak. Sedangkan harga fleksibilitas atau harga beras yang akan dibeli Bulog masih di bawah harga pasaran. Belum lagi, ketetapan harga itu direspons juga oleh perusahaan swasta.

Perusahaan swasta itu akan membeli beras atau gabah petani di atas harga fleksibilitas. Saat itu harga fleksibilitas beras dan gabah oleh Bulog Rp 8.300/kg ataupun Rp 4.200/kg, sehingga petani lebih memilih untuk menjualnya ke perusahaan swasta. Oleh sebab itu, penyerapan Perum Bulog sedikit pada awal tahun karena juga bersaing dengan perusahaan swasta.

Serapan beras sedikit tapi penyaluran naik. Cek halaman berikutnya.

Serapan Sedikit Tapi Penyaluran Naik

Saat penyerapan Bulog sedikit namun, penyaluran CBP malah naik pada Agustus 2022. Khudori mengatakan hal itu karena adanya bantuan tunai pemerintah kepada masyarakat miskin. Bantuan tunai itu membuat keluarga penerima membelanjakan beras lebih banyak dari biasanya.

"Dugaan saya, itu penyaluran bantuannya dirapel, karena dirapel dua kali warga menerima bantuan dan membeli beras dan telur itu waktu itu juga melonjak dengan jumlah tidak seperti biasanya. Kalau orang beli biasanya 5 kg, karena ada bantuan belinya 10 kg, biasanya 10 kg menjadi 15 kg. Makanya waktu itu harga melompat tinggi," tuturnya.

Kemudian karena pasokan banyak dibeli masyarakat cukup secara tiba-tiba, harga beras mengalami peningkatan cukup signifikan. Karena harga yang tinggi, saat itu menurut dia operasi pasar yang dilakukan Bulog juga cukup besar penyalurannya untuk menahan harga. Ia mengatakan penyaluran Bulog mencapai 200 ribu ton.

"Besar sekali, padahal bulan-bulan sebelumnya hanya 20.000 ton, 25.000 ton atau 35.000 ton," lanjutnya.

Bulan September kenaikan harga BBM juga mendorong harga beras ikut melonjak lagi. Makanya saat itu harga beli Bulog atau fleksibilitas harga dinaikkan menjadi Rp 8.800 untuk beras. Menurut Khudori, kenaikan itu sebenarnya tidak berpengaruh untuk meningkatkan penyerapan Bulog.

Perusahaan swasta tetap akan merespon juga kebijakan harga itu dengan membeli beras ke petani lebih mahal lagi. Supaya mereka juga mendapatkan barangnya. Akhirnya Bulog pun tidak dapat barang yang banyak. Ditambah lagi saat Bulan September sudah memasuki masa tanam, artinya jumlah panen sedikit.

Kemudian, fleksibilitas harga dinaikkan lagi menjadi Rp 10.200 per kg. Lagi-lagi kebijakan ini tetap tidak efektif karena harga di pasaran sudah mencapai kisaran Rp 11.000 per kg.

CBP Makin Tipis di Akhir Tahun

Dalam situasi yang sama karena tidak dalam masa panen dan harga tinggi, Bulog harus terus melakukan operasi pasar untuk menjaga harga. Akibatnya CBP pun stoknya semakin sedikit.

Stok CBP pada awal Desember 2022 tersisa 295.337 ton. Beras komersil Bulog 198.865 ton. Data ini diambil dalam paparan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi saat rapat dengan Komisi IV DPR RI pada 7 Desember 2022.

"Kalau CBP itu habis, maka pemerintah tidak memiliki. Tidak ada lagi instrumen untuk stabilitas atau operasi pasar. Maka itu bahaya," ungkap Khudori.

Perihal janji Kementan yang mau memenuhi pasokan CBP Bulog, Khudori mengatakan memang pasokan beras atau gabah di penggilingan sudah tidak ada. Kalaupun ada hanya sedikit. Karena akhir tahun sudah bukan masa panen.

"Jadi inilah mengapa alasan Pemerintah melakukan impor," ujarnya.

Bulog ngaku penyerapan minim. Cek halaman berikutnya.

Pengakuan Bulog soal Penyerapan Rendah

Beberapa waktu lalu mengenai penyerapan yang minim, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso juga pernah mengakui hal tersebut. Minimnya penyerapan Bulog karena terikatnya aturan berkaitan dengan kualitas beras dan juga harga yang ditetapkan pemerintah.

"Jadi kita ini dibatasi harga dengan kadar air dan macam-macam. Sehingga kita tidak bisa dengan leluasa menyerapnya. Saat panen raya begitu mau ambil, harga naik kita tidak bisa menyerap. Itu persoalannya. Kalau uang ada walaupun utang, bunganya komersil ini perintahnya negara," jelasnya dalam rapat dengan Komisi IV DPR RI dan Kementerian Pertanian, pada Rabu (7/12/2022).

Pria yang sering disapa Buwas itu juga menegaskan, Perum Bulog tidak bisa sembarangan menyerap sebanyak-banyaknya beras. Pihaknya mendapatkan tugas dari pemerintah hasil Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) maksimal stok CBP 1 juta ton sampai 1,2 juta ton.

"Kita bisa menyerap 3 juta, terus Bulog ambil 3 juta, tidak bisa pak. Kita ditentukan dari rakortas bahwa CBP disimpan oleh Bulog perintah negara untuk negara 1 juta sampai 1,2 juta ton," jelasnya.

Dihubungi terpisah, Pengamat Pangan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah juga mengatakan bahwa penyerapan beras oleh Bulog untuk CBP memang dibatasi aturan yang ketat dari pemerintah.

"Ada kualitas kemudian harga. Kalau kualitasnya tidak memenuhi kebutuhan Bulog, maka Bulog juga tidak menyerap. Kalau harga di atas HPP juga Bulog tidak bisa menyerap, kecuali di bawah itu bisa," ujarnya.

Maka Rusli menduga minimnya penyerapan Bulog kemungkinan karena faktor-faktor aturan tersebut. Namun dirinya mengatakan hal itu masih harus dipastikan lagi kepada pihak Bulog.

"Jadi saya menduga ya karena ketentuan itu makanya penyerapan akhirnya menipis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," tuturnya.

Impor Beras

Pemerintah melalui rapat koordinasi terbatas (Rakortas) telah memutuskan untuk melalukan impor demi memenuhi pasokan cadangan beras pemerintah (CBP). Izin impor beras sampai tahun depan sebanyak 500.000 ton.

Untuk akhir 2022 ini, ditargetkan masuk beras impor sebanyak 200.000 ton. Bertahap beras masuk ke Indonesia melalui 14 pelabuhan. Tahap pertama telah masuk sebanyak 10.000 ton pada Jumat (16/12). Beras tersebut masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Merak, Banten. Adapun asal beras impor itu dari Thailand dan Vietnam.

Kemudian, beras impor masuk lagi pada Selasa (20/12) sebanyak 14.000 ton. Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan artinya total beras impor yang sudah masuk ke Indonesia sebanyak 24.000 ton dari total yang masuk bulan ini sebanyak 200.000 ton.

"Yang sudah masuk Vietnam dan Thailand, yang terbesar memang dari Vietnam dan Thailand (impornya). Kurang lebih 200.000 itu diusahakan datang bulan ini," ujarnya, saat ditemui di Kantor Perum Bulog, Rabu (21/12/2022).

Rincian, beras impor yang baru masuk pertama 5.000 di Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari Vietnam, 5.000 di Pelabuhan Merak Banten berasal dari Vietnam, dan 4.000 dari Pelabuhan Panjang Bandar Lampung berasal dari Thailand.


Hide Ads