Viralnya mainan lato-lato ini mungkin membuat kita penasaran, sejak kapan mainan ini dijual? Salah satu penjual grosir lato-lato di Gedung Biru Asemka, Jakarta Barat mengaku sudah menjualnya sejak bulan November 2022 lalu.
Namun demikian, pada awal penjualannya belum ramai seperti sekarang ini. Eliana, salah satu penjual grosir lato-lato, mengaku harus menawarkan dagangannya kepada penjual pengecer di Pasar Asemka.
"Ya awalnya kan media sosial itu kan banyak yang minat cari (lato-lato), tapi harganya masih tinggi. Jadi kita usahain masuk duluan, harga tinggi tapi tetap orang mau karena sudah mulai viral," tutur Eliana kepada detikcom, Senin (2/3/2023).
"Gimana ya, kita kan dari yang lato harganya mahal kita usahain jual, biar tahu orang nih, kayak gitu. Kita juga pasarin, 'bang, ini yang masih viral nih lato-lato' kita tawarin juga. Sambil nyari konsumen juga buat beli barang, nggak tiba-tiba datang terus laku. Kan kita bertahap, orang nggak langsung tahu," lanjutnya.
Eliana sendiri pertama kali mendapatkan lato-lato dari seorang mediator pabrik di daerah Jawa. Menurut penjelasan Eliana, mediator merupakan orang yang menjual barang dari pabrik tetapi tidak memiliki tempat jualan atau lapak.
Meski belakangan ini viral, Eliana mengaku harga lato-lato sudah mulai turun dibandingkan bulan Desember 2022 kemarin.
"Pas Desember kemarin, selusin bisa kena Rp 78.000. Waktu yang pas masuk bulan 12 mulai tinggi (harga) barangnya, tapi yang mau akhir bulan ini malahan turun. Turunnya nggak terlalu jauh tapi lumayan," ungkapnya.
Menurutnya, salah satu alasan harga lato-lato turun karena pasarannya sudah banyak.
"Ya karena pasarannya sudah banyak yang masuk. Dari pabrik sana langsung masuk ke sini, jualin sendiri, masarin sendiri, jadi harganya kita juga.. ya begitu deh, namanya jualan, banyak saingan juga," tuturnya.
Meski demikian, dalam sehari ia mengaku bisa menjual hingga 5 karung lato-lato. Sebagai informasi, 1 karung lato-lato itu berisi sekitar 500-600 pasang lato-lato. Dengan demikian, Eliana dapat menjual lato-lato hingga 3.000 pasang per harinya.
Untuk harga yang dijual pun beragam, tergantung dari bahan yang digunakan dan ukurannya. "Kalau di sini harga grosirnya ada yang kena Rp 48.000, Rp 60.000 selusinnya. Macam-macam, ada yang kena Rp 45.000, Rp 54.000, beda-beda sih," tuturnya.
Namun demikian, harga lato-lato bisa naik atau turun tergantung dari harga pabrik.
"Kalau yang jual dari pabriknya naik, kita juga ikut naik. Kita dapat tangan kedua dong, ya kita naik juga harganya. Nggak semua harga murah, bisa naik turun," kata Eliana.
Berdasarkan pantauan detikcom di Pasar Asemka, memang banyak yang menjual lato-lato. Beberapa pedagang pun mengaku kalau baru mulai menjual lato-lato seminggu terakhir ini karena lato-lato sedang viral.
Dori, salah satu penjual lato-lato, mengatakan dirinya baru mulai jualan lato-lato seminggu ini karena mainan tersebut sedang viral. Sebelumnya, ia adalah penjual masker.
"Baru viral ini aja. Baru semingguan, belum lama. Kalau masker sudah lama, kalau lato-lato baru. Ini (lato-lato) lagi viral kan, iseng saja buat tambah-tambahan. Ntar kalau sudah ya sudah, jual masker lagi," ujarnya kepada detikcom.
Dori menjual lato-lato dalam bentuk satuan maupun lusinan. Satu pasang lato-lato dibanderol Rp 10.000, sementara satu lusin lato-lato dibanderol Rp 60.000.
"Ini satu pasang Rp 10.000, beli 2 pasang Rp 15.000, kalau beli lusinan kasih goceng. Satu pasangnya goceng kalau beli lusinan," kata Dori.
Untuk omzetnya sendiri, dirinya mengaku hanya mengambil Rp 200 per pasang lato-lato dan modal yang dikeluarkan per pasang lato-lato Rp 4.800. "Ya paling ambilnya Rp 200 perak per pasang. Kan kita jualnya grosir lagi. Abis beli grosir kita jual grosir lagi, emang ambil Rp 200 perak doang," tuturnya.
Meski demikian, Dori dapat menjual lato-lato hingga 1 karung per hari. Sebagai informasi, 1 karung berisi 600 pasang lato-lato.
Di sisi lainnya, salah satu pedagang eceran lato-lato dapat menjual satu lusin lato-lato per hari. Pedagang yang tidak mau disebutkan namanya ini juga baru mulai menjual lato-lato seminggu belakangan ini.
Sebelum menjual lato-lato, ia merupakan pengurus masjid. Ia mengaku, berjualan lato-lato hanya menjadi pekerjaan sampingan saja supaya ada kegiatan.
"Saya baru juga, baru dagang ini. Karena orang-orang nanyain ginian, baru mulai dagang. Karena saya dengar (penghasilannya) lumayanlah," ucapnya kepada detikcom.
Dalam sehari, dirinya bisa menjual satu sampai dua lusin lato-lato. Harga yang ditawarkan yaitu Rp 10.000 per pasang dan Rp 15.000 untuk 2 pasang.
Menurutnya, mainan ini banyak diburu orang karena menjelang tahun baru.
"Ini kan barangnya musiman. Kalau nggak musiman mah nggak laku, karena menjelang tahun baru aja. Pokoknya ini mau awal tahun baru sudah ada. Belum begitu viral itu, masih biasa aja," ucapnya.
(dna/dna)