Fresh Graduate Digaji Rp 15 Juta/Bulan, Ini Konsekuensinya

ADVERTISEMENT

Foto Bisnis

Fresh Graduate Digaji Rp 15 Juta/Bulan, Ini Konsekuensinya

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 07 Jan 2023 20:03 WIB
Young Asian business woman receiving salary or bonus money from boss or manager at office happily.
Ilustrasi fresh graduate terima gaji/Foto: Getty Images/iStockphoto/Domepitipat
Jakarta -

Sempat heboh di media sosial lulusan baru S1 atau fresh graduate meminta gaji Rp 15 juta per bulan. Sebenarnya ini bukanlah mitos, tapi para fresh graduate bisa mendapatkan gaji dalam jumlah tersebut.

Salah satu pekerja yang saat fresh graduate mendapatkan gaji double digit, M Aqil Fikri mengungkapkan gaji yang baik bisa didapatkan jika pencari kerja memiliki keahlian yang baik.

Selain itu, pemilihan dan pencarian perusahaan dan riset soal penggajian menjadi hal yang penting. Menurut dia, saat ini memang perusahaan teknologi atau startup lebih royal ketika memberikan gaji untuk pegawainya.

"Termasuk saya dulu juga bekerja di perusahaan seperti itu. Tapi harus dipahami juga, tidak semua perusahaan tersebut sudah profit dalam usahanya. Sehingga perusahaan belum tentu memiliki bisnis untuk jangka waktu panjang," kata dia kepada detikcom, Sabtu (7/1/2023).

Dia mengungkapkan, besarnya gaji ini juga akan mempengaruhi beban kerja yang didapatkan. "Tanggungjawab dan tekanan kerja selalu sejalan dengan gaji yang diterima.

Aqil menjelaskan gaji akan selalu berbanding lurus dengan workload dan tanggungjawab. Jadi tidak ada perusahaan yang memberi gaji besar dengan beban kerja yang tidak sebanding.

Harus dilihat juga tujuan utama, apakah gaji yang besar sebanding dengan tujuan kita dalam bekerja serta semua konsekuensinya.

Sebelumnya Pakar Bisnis Rhenald Kasali mengatakan fresh graduate layak saja mendapat gaji besar hingga Rp 15 juta. Semua itu tergantung dari tingkat kesulitan dan kelangkaan lulusan dari jurusan yang dipilih.

"Jangankan Rp 15 juta, Rp 20 juta saja mungkin saja, tetapi tidak sama. Misalnya lulusan Aktuaria, itu belajarnya susah, matematika, yang mau sekolah di situ tidak banyak dan lulusannya tidak banyak. Kalau dia punya keahlian di situ kemudian selama kuliah pernah magang, tahu seluk-beluk asuransi, ya perusahaan mau saja membayar dia mahal," katanya kepada detikcom.

(kil/hns)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT