Tren 'Ngemis' Mandi Lumpur: Fenomena Eksploitasi Kemiskinan Pakai Medsos

Tren 'Ngemis' Mandi Lumpur: Fenomena Eksploitasi Kemiskinan Pakai Medsos

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 12 Jan 2023 06:00 WIB
Konten Mandi Lumpur
Konten mandi lumpur di TikTok/Foto: tim detikFinance
Jakarta -

Aksi mandi lumpur yang ditayangkan secara langsung alias live di TikTok tengah menjadi tren di kalangan warganet. Ironisnya, aksi yang terbilang nekat ini rata-rata dilakukan oleh orang tua hingga lansia, demi menarik perhatian.

Dari live tersebut, mereka dapat memperoleh sejumlah koin TikTok dari para penontonya, yang dapat ditukarkan ke dalam uang tunai. Bahkan dalam satu kali live, mereka bisa mengantongi jutaan rupiah.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, menurutnya ini adalah tren digitalisasi yang menciptakan suatu hiburan dengan mengeksploitasi kemiskinan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah tren digitalisasi yang meng-create suatu hiburan dengan mengeksploitasi kemiskinan," kata Faisal, kepada detikcom, Rabu (11/01/2023).

Menurutnya, sekilas memang terlihat orang-orang tersebut akan mendapatkan bantuan finansial. Hanya saja, bantuan tersebut bersifat tidak mendidik dan berkelanjutan alias hanya sementara.

ADVERTISEMENT

"Kita pingin kalau suatu masyarakat yang punya keterbatasan secara finansial ini bisa keluar dari kemiskinan dengan cara yang lebih sustainable dan produktif, itu yang lebih positif menurut saya," ujarnya.

Senada dengan Faisal, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, aksi-aksi pengemis di media sosial ini bisa dikategorikan sebagai upaya yang disengaja untuk eksploitasi kemiskinan.

"Bisa jadi lansia hanya dimanfaatkan pihak tertentu, belum pasti uang hasil mengemis di media sosial seluruhnya untuk si pengemis," ujar Bhima.

Bhima mengatakan, apabila terindikasi adanya sindikat tertentu yang memfasilitasi hingga memaksa para lansia ini untuk melakukan aksi mandi lumpur, hal ini bisa ditelusuri pihak aparat keamanan.

Di sisi lain, menurutnya, saat ini langkah yang bisa dilakukan masyarakat adalah untuk tidak terlalu berkontribusi memberikan gift berupa koin tersebut. Ia mengatakan, seharusnya platform media sosial memberikan aturan yang lebih ketat soal moderasi kontennya.

"Penyebabnya rasa empati pengguna media sosial terhadap lansia atau konten yang menjual kemiskinan. Algoritma platform media sosial membuat pengguna yang pernah menyukai atau share konten sejenis akan di sodorkan konten yang berkaitan," ujarnya.

Lanjut ke halaman berikutnya

Saksikan juga d'Mentor on Location: Rahasia Jualan Baju Balita Hasilkan Ratusan Juta

[Gambas:Video 20detik]



Sedikit berbeda dengan keduanya, Pengamat Sosial Devie Rahmawati mengatakan, dibandingkan eksploitasi kemiskinan, menurutnya ini lebih kepada eksploitasi rasa simpati

"Kalau saya melihatnya mengeksploitasi rasa simpati, rasa iba. Bukan masalah kemiskinan, nggak tahu apakah benar-benar miskin atau tidak. Dengan menampilkan tayangan yang membuat orang iba," kata Devie.

Menurutnya, yang menjadi masalah besar dari pemanfaatan platform digital dalam mencari uang ini ialah karena perihal eksploitasi rasa iba tersebut, yang padahal belum tentu aliran bantuan tepat sasaran dan berdampak berkelanjutan.

"Tapi ketika itu menggunakan cara meminta dan memanipulasi dengan mengeksploitasi, itu kemudian yang menjadi masalah. Makanya, kampanye dan kebijakan di banyak negara adalah berilah bantuan kepada orang lain sehingga orang tersebut tidak lagi bergantung pada kita," katanya.

Karena itulah, Devie mengatakan, langkah tegas yang bisa dilakukan adalah dengan setop membantu, baik dengan menonton maupun memberikan sumbangan. Dengan begitu, diharapkan, fenomena ini akan berangsur-angsur menurun.

"Mari kita hukum orang-orang yang seperti itu dengan tidak memberikan sumbangan atau tidak menonton!," ujar Devie.

Sebagai tambahan informasi, tren ini semakin banyak mendapat perhatian publik karena belum lama ini ada seorang nenek yang mengikuti siaran live mandi lumpur, hingga hampir pingsan karena menahan dingin.

Sama seperti live-live mandi lumpur kebanyakan, nampak seorang nenek yang duduk di sebuah kursi di tengah kolam berisi air keruh, sembari memegang gayung. Setiap ada penonton yang memberikan gift atau hadiah, nenek tersebut akan mengguyur dirinya dengan air sebanyak 1x.

Sedangkan setiap pemberian 100 koin, talent akan mengguyur dirinya dengan bak atau baskom yang lebih besar. Kemudian bila ada yang memberikan koin sebanyak 899, talent akan melakukan salto. Terakhir, jika ada yang memberi koin sebanyak 9.888, talent tersebut akan pulang atau menghentikan siaran langsungnya itu.

Tidak hanya itu, sejumlah warganet menyoroti bahwa beberapa siaran lainnya juga berlatar tempat yang sama, namun dengan talent yang berganti-ganti. Para talent alias pemeran yang melakukan aksi tersebut kebanyakan ialah orang tua hingga lansia.

Tidak sedikit warganet yang menduga, para lansia ini dimanfaatkan anak hingga cucunya untuk 'mengemis' agar para penonton iba sehingga koin yang didapatkan akan lebih banyak. Bahkan, ada juga yang beranggapan bahwa ada sindikat yang mengorganisir aksi ini.

Saksikan juga d'Mentor on Location: Rahasia Jualan Baju Balita Hasilkan Ratusan Juta

[Gambas:Video 20detik]




Hide Ads