Sosok di Balik Startup Frank yang Diduga Tipu JP Morgan Rp 2,6 Triliun

ADVERTISEMENT

Sosok di Balik Startup Frank yang Diduga Tipu JP Morgan Rp 2,6 Triliun

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 16 Jan 2023 06:29 WIB
JPMorgan Chase
Foto: Dok. Reuters
Jakarta -

Langkah JP Morgan Chase mengakuisisi sebuah startup fintech bernama Frank berujung menjadi masalah. Setelah mengakuisisi Frank dengan mahar US$ 175 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun (dalam kurs Rp 15.250), JP Morgan yang notabene merupakan lembaga keuangan top justru mengaku tertipu.

Frank, merupakan startup yang memberikan layanan berupa pinjaman pendidikan kepada pelajar di Amerika Serikat. Startup ini dibesut oleh tokoh bernama Charlie Javice.

Dilansir dari Forbes, Minggu (15/1/2023), JP Morgan telah resmi menuntut Charlie Javice dan Oliver Amar, petinggi Frank lainnya dengan tuduhan pemalsuan data.

Gugatan diajukan akhir tahun lalu di Pengadilan Distrik AS di Delaware. Diduga Javice dan Amar meminta direktur teknik Frank untuk membuat detail pelanggan palsu setelah JP Morgan meminta detail pengguna sebagai bagian dari pembicaraan pengambilalihan.

Setelah direktur tekniknya menolak, Javice kemudian diduga telah membayar US$ 18.000 atau sekitar Rp 274,5 juta kepada seorang profesor ilmu data untuk membuat jutaan akun palsu menggunakan data sintetis.

Lantas, siapa sebenarnya Charlie Javice yang diduga berhasil menipu lembaga kenamaan sekelas JP Morgan?

Dari penelusuran detikcom, Javice sendiri namanya sudah cukup dikenal sebagai tokoh startup yang beken di AS. Semua berkat Javice membesut Frank sejak usia belia.

Javice pun sempat masuk dalam daftar Forbes 30 under 30 di kategori Finance di tahun 2019. Daftar itu berisi 30 tokoh muda di bawah 30 tahun yang memiliki prestasi mentereng dan kontribusi besar bagi masyarakat.

Lulusan Universitas Pennsylvania ini masuk daftar tersebut karena membesut startup Frank yang dapat mempercepat dan mempermudah proses pengajuan pinjaman pendidikan untuk mahasiswa di Amerika Serikat.

Forbes menyebut Javice mendirikan Frank dari awalnya cuma beranggotakan 15 orang pada tahun 2016. Sejak saat itu, dia telah mengumpulkan US$ 16 juta pendanaan untuk Frank. Startup yang dibesutnya juga diklaim telah membantu 300.000 pengguna mengajukan permohonan bantuan keuangan.

Kembali ke masalah penipuan yang dihadapi Javice, pengacara Javice sendiri membantah tuduhan itu. Justru Javice malah mengajukan tuntutan balik yang menyebutkan JP Morgan berusaha untuk merusak perjanjian akuisisi yang sudah disepakati.

JP Morgan sendiri sudah menutup operasi aplikasi Frank pada hari Kamis setelah gugatan itu dipublikasikan. Javice sendiri sentral tetap bekerja sebagai direktur pelaksana yang mengawasi produk Frank setelah akuisisi dilakukan. Namun, JP Morgan telah menghentikan pekerjaannya pada bulan November 2022.



Simak Video "CEO Frank yang Diduga Tipu JP Morgan Pernah Masuk '30 Under 30' Forbes"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/zlf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT