Pesawat jenis ATR 72 yang membawa 72 orang milik Yeti Airlines jatuh saat mengudara dari ibu kota Kathmandu, Nepal pada Minggu (15/1). Korban tewas yang sudah ditemukan pencari sedikitnya mencapai 68 orang.
Insiden tragis itu tercatat sebagai kecelakaan udara yang terburuk dan paling mematikan dalam 30 tahun atau tiga dekade terakhir di Nepal. Melansir dari situs GH Gossip, diketahui bahwa Yeti Airlines sendiri merupakan maskapai penerbangan asal Nepal yang berbasis di Kathmandu.
Yeti Airlines didirikan pada Mei 1998 oleh Ang Tshering Sherpa dan menerima Sertifikat Operator Udara pada 17 Agustus 1998. Adapun maskapai ini mulai beroperasi dengan dua pesawat de Havilland Canada DHC-6 Twin Otter.
Setelah itu, pada 2009 Yeti Airlines mendirikan anak perusahaan Tara Air, sebuah maskapai yang mengalihkan operasi STOL ke bandara di daerah pedesaan dan pegunungan Nepal.
Berkat adanya anak usaha ini, Yeti Airlines dan Tara Air telah berhasil membentuk grup maskapai penerbangan domestik terbesar di Nepal, dengan lebih dari 60% pangsa pasar total per Januari 2008.
Selain itu, Yeti Airlines juga sempat meluncurkan Fly Yeti sebagai usaha patungan dengan Air Arabia pada tahun 2007. Namun maskapai ini menghentikan operasinya pada tahun 2008 karena ketidakpastian politik.
Tidak berhenti di sana, Yeti Airlines juga ikut meluncurkan Himalaya Airlines pada tahun 2014, perusahaan patungan lainnya dengan Chinese Tibet Airlines.
Di luar itu, Yeti World selaku perusahaan induk Yeti Airlines, juga memiliki bisnis terkait wisata lainnya seperti hotel dan resor, serta dua perusahaan penerbangan tambahan yakni Air Dynasty dan Altitude Air.
Sementara itu, saat ini perusahaan Yeti Airlines sendiri telah dikendalikan oleh Lhakpa Sonam Sherpa selaku Executive Chairman, Chanda Sherpa sebagai Managing Director, dan Norbu Tshiring Sherpa pada bagian Deputy Managing Director.
(fdl/fdl)