Ekonom Sebut E-Commerce Lebih Terjamin Ketimbang Social Commerce

ADVERTISEMENT

Ekonom Sebut E-Commerce Lebih Terjamin Ketimbang Social Commerce

Sukma Nur Fitriana - detikFinance
Senin, 30 Jan 2023 15:32 WIB
Ilustrasi e-commerce
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Era transformasi digital kian dimanfaatkan untuk mengembangkan bisnis. Bukan hanya melalui e-commerce, penjualan kini dilakukan melalui platform media sosial yang kemudian disebut social commerce seperti TikTok, Instagram, dan Facebook.

Wakil Kepala Grup Kajian Ekonomi Digital dan Ekonomi Tingkah Laku LPEM FEB UI, Prani Sastiono mengatakan masyarakat Indonesia memang menaruh perhatian terhadap social commerce. Kendati demikian digital economy value tetap datang dari e-commerce.

"Kalau dilihat e-commerce sudah mature. Jadi social commerce mungkin ada masalah dari consumer protection, seperti itu. Mungkin juga dari jenis usahanya ya. e-commerce dari segi formalitas, legalitas, itu juga sudah diakomodasi ya mungkin dari mall, official account, sehingga ada jaminan untuk masyarakat," kata Prani, dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (27/1/2023).

Menurut Prani, social commerce memang cukup besar keberadaannya. Namun, nilai produk dan keamanan suatu produk lebih terjamin melalui e-commerce. Sehingga jika pembeli tidak merasa cukup aman dengan belanja di social commerce, maka pembeli akan memilih belanja melalui e-commerce dan akhirnya membentuk kompetisi menciptakan segmen produk tertentu.

Apalagi e-commerce memiliki segmentasi yang lebih terjamin karena ekosistemnya lebih terintegrasi seperti gudang dan logistiknya. Hal ini berbeda dengan social commerce karena bukan bagian bisnis utamanya.

Di sisi lain, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Commerce Indonesia (idEA), Rudiantara juga sepakat mengenai soal social commerce yang tersegmentasi dari sisi pasar dan jenis produk. Tapi menurutnya penjualan melalui e-commerce tidak terganggu dengan adanya social commerce. Sebab, e-commerce besar seperti yang disebutkannya telah memiliki Total Processing Value di atas USD 1 juta setiap bulannya.

"Ini seperti tahun 2016, di mana ada orang beli barang pakai Facebook, jualan lewat Facebook, tidak mengganggu e-commerce seperti Tokopedia, BukaLapak," tandasnya.

(prf/hns)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT