Perusahaan-perusahaan milik miliarder Gautam Adani di India mengalami kerugian besar-besaran. Saham-saham perusahaan Adani kerugiannya membengkak hingga di atas US$ 100 miliar atau sekitar Rp 1.480 triliun (kurs Rp 14.800) per hari Kamis kemarin.
Anjloknya saham-saham perusahaan Adani yang begitu parah menimbulkan kekhawatiran adanya dampak sistemik. Apalagi kondisi ini terjadi sehari setelah Grup Adani gagal melakukan penghimpunan dana US$ 2,5 miliar.
Bursa Efek Nasional India mengatakan telah menempatkan saham-saham seperti Adani Enterprises, Adani Ports, dan Ambuja Cements dalam pengawasan khusus.
Bagai jatuh tertimpa tangga, saham perusahaan Adani di pasar saham Amerika Serikat juga mengalami masalah.
Dilansir dari Reuters, Jumat (3/2/2023), Indeks S&P Dow Jones menyatakan akan menghapus saham Adani Enterprises dari indeksnya per 7 Februari. Hal itu akan membuat saham Adani jadi kurang menarik bagi para investor.
Keruntuhan kerjaan bisnis Adani sendiri terjadi setelah laporan penelitian lembaga Hindenburg yang berbasis di Amerika Serikat menyoroti grup Adani melakukan penipuan berbasis short-seller.
Seminggu setelah penelitian itu dirilis ke publik, saham-saham grup Adani rontok dan mengirimkan gelombang kejutan di seluruh pasar, politik, dan bisnis.
Saham Adani jatuh, anggota parlemen oposisi menyerukan penyelidikan yang lebih luas dan bank sentral India bertindak untuk memeriksa eksposur bank ke grup. Sementara itu, unit kekayaan Citigroup berhenti memberikan pinjaman margin kepada klien terhadap sekuritas Adani Group.
Dalam langkah yang mengejutkan pada Rabu malam, Adani membatalkan penjualan saham karena penurunan saham yang dipicu oleh kritik Hindenburg semakin meningkat.
"Adani mungkin telah memulai krisis kepercayaan pada saham India dan itu dapat memiliki implikasi pasar yang lebih luas," kata Ipek Ozkardeskaya, analis pasar senior di Swissquote Bank.
Saham Adani Enterprises jatuh 27% pada hari Kamis, ditutup pada level terendah sejak Maret 2022. Perusahaan grup lain juga kehilangan pijakan lebih lanjut, dengan kerugian 10% di Adani Total Gas, Adani Green Energy, dan Transmisi Adani.
Adani juga bukan lagi orang terkaya di Asia, peringkatnya merosot ke peringkat 16 dalam peringkat orang terkaya di Asia versi Forbes. Kekayaan bersihnya sudah turun hampir setengahnya menjadi hanya US$ 64,6 miliar dalam seminggu.
Pria berusia 60 tahun itu berada di urutan ketiga dalam daftar, di belakang miliarder Elon Musk dan Bernard Arnault. Saingannya Mukesh Ambani dari Reliance Industries sekarang menjadi orang terkaya di Asia.
(hal/das)