Ekonomi RI Tumbuh 5,31%, Stafsus Jokowi: Lebih Baik dari AS hingga China

ADVERTISEMENT

Ekonomi RI Tumbuh 5,31%, Stafsus Jokowi: Lebih Baik dari AS hingga China

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 06 Feb 2023 17:05 WIB
Deretan gedung pencakar langit Jakarta tertutup kabut tipis siang ini. Gedung berkabut di tengah risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2022 mencapai 5,31%. Hal itu ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,93%, investasi 3,87%, ekspor 16,28% dan dikurangi impor yang tumbuh 14,75%, serta konsumsi pemerintah -4,51%.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta mengatakan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,31% sepanjang 2022 menunjukkan kinerja baik perekonomian. Bahkan pertumbuhannya lebih baik dibanding sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS) hingga China.

"Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat yang tumbuh 2,1%, Uni Eropa 3,6%, Tiongkok 3,0%, dan Korea Selatan 2,6%. Meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan India yang tumbuh 7,0%," kata Arif dalam keterangan tertulis, Senin (6/2/2023).

Arif menyebut capaian 2022 itu menjadi modal untuk menavigasi potensi ketidakpastian perekonomian global pada tahun 2023 yang diproyeksi akan cukup menantang. Pertumbuhan ini akan terus dijaga kualitasnya dengan fokus pada pengendalian inflasi bahan makanan dan peningkatan lapangan kerja bagi masyarakat.

"Sehingga konsumsi dan kesejahteraan masyarakat juga mengalami peningkatan yang lebih baik lagi," tuturnya.

Momentum pertumbuhan yang baik ini juga disebut harus dimanfaatkan untuk mendorong transformasi struktural yang tengah dilakukan agar dapat berlangsung lebih cepat.

Misalnya, kinerja perbankan dan emiten di bidang sumber daya alam yang sangat baik di 2022 dapat didorong untuk meningkatkan industri hilir berbasis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pengembangan ekosistem pangan nasional dan pengembangan industri padat karya.

"Karena bagaimanapun ke depan kita memiliki tantangan berupa ekonomi global yang semakin sulit diprediksi, tantangan krisis pangan, dan juga tantangan terbatasnya daya beli masyarakat akibat keterbatasan lapangan kerja," imbuhnya.

(dna/dna)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT