Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat total penarikan pinjaman luar negeri tunai hingga 2022 sebanyak Rp 65,59 triliun. Pinjaman itu berasal dari enam lembaga internasional.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Suminto mengatakan mayoritas utang tersebut berasal dari Bank Dunia (World Bank) yakni sebesar Rp 33,28 triliun.
"Selama 2022 dilakukan penarikan pinjaman luar negeri tunai atau program sebesar Rp 65,59 triliun. (Terdiri dari) Rp 33,28 triliun dari Bank Dunia," kata Suminto dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (7/2/2023).
Kemudian sisanya dari Asian Development Bank (ADB) Rp 14,34 triliun, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) Rp 7,28 triliun, KfW Development Bank Rp 9,25 triliun, Agence Francaise de Developement (AFD) Rp 810 miliar, dan Economic Development Cooperation Fund (EDCF) Rp 630 miliar.
Suminto menjelaskan, untuk realisasi pinjaman kegiatan, mayoritas berasal dari pinjaman luar negeri yang mencapai Rp 40,75 triliun dan pinjaman dalam negeri sebanyak Rp 8,12 triliun.
Dari penarikan pinjaman luar negeri yang dilakukan, sebagian digunakan untuk membiayai proyek atau kegiatan tertentu. Adapun pinjaman luar negeri kegiatan terealisasi Rp 40,75 triliun dari target Rp 42,02 triliun.
Suminto menjelaskan pinjaman kegiatan untuk membiayai kegiatan prioritas pembangunan dan digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu misalnya infrastruktur, transportasi, energi, pendidikan, kesehatan, alutsista, dan almatsus.
Pinjaman kegiatan yang bersumber dari luar negeri dimanfaatkan untuk kegiatan yang memerlukan transfer teknologi, berjangka panjang, dan belum dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Proyek-proyek yang telah dilaksanakan melalui penarikan pinjaman itu di antaranya Patimban Port Development Project dari JICA dalam bentuk Japanese Yen (JPY) sebanyak 118,8 miliar, serta Komering Irrigation Project Fase III dari JICA sebanyak JPY 15,9 miliar.
Kemudian ada Cisumdawu Fase III yang berasal dari Exim Bank China sebanyak US$ 130,4 juta, Proyek MRT Fase 2 dari JICA dengan JPY 70 miliar, Pengembangan UIN Maulana Malik Ibrahim Fase II di Jawa Timur dari SFD US$ 208,5 juta, dan Serang Panimbang Toll Road Development Project seksi 3 dari Exim Bank China US$ 215,3 juta.
Lihat Video: Utang yang Capai Rp 7.773 T, Sri Mulyani Pede RI Mampu Bayar