Macet di Jakarta Bikin Pusing Kepala, Ini Biang Keroknya!

Macet di Jakarta Bikin Pusing Kepala, Ini Biang Keroknya!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 12 Feb 2023 16:00 WIB
Tingginya volume kendaraan yang melintas di Jalan Gatot Subroto dari arah Semanggi menuju Cawang membuat kawasan tersebut macet parah.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Lalu lintas Jakarta terus menerus mengalami kemacetan. Antrean panjang kendaraan makin banyak terjadi setiap hari hampir di setiap sudut kota Jakarta.

Tingkat kemacetan di Jakarta pun disebut-sebut sudah menyentuh level yang lebih tinggi daripada tahun 2019. Atau tepatnya tahun sebelum pandemi COVID-19 merebak di Indonesia.

Lalu apa sebenarnya biang kerok dari macetnya jalan-jalan di Jakarta?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang menyebutkan biang kerok macet di Jakarta adalah telah terjadinya pembengkakan yang besar pada jumlah kendaraan di Jakarta.

"Semua karena penjualan mobil LCGC dan juga sepeda motor yang terus meningkat hingga saat ini. Kendaraan meningkat, tapi tidak berimbang dengan pertumbuhan panjang jalan di Jakarta," ungkap Deddy ketika dihubungi detikcom, Minggu (12/2/2023).

ADVERTISEMENT

Penambahan kendaraan ini, menurutnya juga terjadi karena didorong kebijakan pemerintah yang memberikan kemudahan pembelian kendaraan saat pandemi COVID-19. Dia menyoroti fasilitas pajak 0% untuk pembelian mobil yang sempat dilakukan saat pandemi.

"Kendaraan meningkat karena penjualan mobil pajak 0% dari tahun 2021 hingga diskon pajak sampai 2022, sehingga ketika PPKM dicabut mobil-mobil ini keluar semua untuk bekerja," kata Deddy.

Deddy mengatakan selama ini pemerintah terlalu abai untuk melakukan manajemen transport demand management (TDM). Kebijakan itu bertujuan untuk menyeimbangkan penggunaan kendaraan pribadi dan juga transportasi publik.

Menurutnya, selama ini kurang ada keseimbangan yang dilakukan untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Justru, Deddy menilai pemerintah seringkali cenderung mengeluarkan kebijakan yang mendukung kemudahan penggunaan kendaraan pribadi daripada mendorong masyarakat naik angkutan umum.

"Kemacetan juga terjadi karena gagalnya program TDM push and pull. Tidak balancing (seimbang) antara pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan menarilk penggunaan angkutan umum massal," sebut Deddy.

Senada dengan Deddy, Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno juga mengatakan pemerintah memang kurang tegas untuk membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Kendaraan pribadi justru terus menerus diberikan kemudahan untuk tumbuh, wajar saja Jakarta macet.

"Ini kan seharusnya sudah ada pembatasan kendaraan pribadi di Jakarta, melihat jumlah kendaraan pribadi yang semakin banyak. Cuma kan ketegasan pemerintahnya kurang untuk menahan laju kendaraan pribadi, kebijakan ERP itu saja nggak jalan-jalan, 3 in 1 sampai ganjil genap juga nggak ngaruh," ungkap Djoko kepada detikcom.

Djoko mengatakan untuk lingkup Jakarta saja, menurutnya jaringan transportasi umumnya sudah baik dan berjalan dengan sempurna. Dia mengatakan 92% kawasan di Jakarta sudah terhubung transportasi umum.

"Kalau di Jakarta saja kan, jalan berapa ratus meter, jarak pejalan kaki bisa ketemu angkutan umum, minimal Jak Lingko lah yang angkot. Seharusnya ini masyarakat yang lalu lalang di Jakarta diperketat menggunakan kendaraan pribadi," kata Djoko.

(hal/das)

Hide Ads