Kemacetan Nggak Ada Obat! Pengamat Sebut Rata-rata Orang Jakarta Stres

Kemacetan Nggak Ada Obat! Pengamat Sebut Rata-rata Orang Jakarta Stres

Ilyas Fadilah - detikFinance
Rabu, 15 Feb 2023 13:48 WIB
Kemacetan di Jakarta kian buruk bahkan menyentuh level lebih tinggi sebelum pandemi COVID-19. Kemacetan ini berefek pada kesehatan dan ekonomi lho..
Kemacetan di Jakarta/Foto: detikcom files
Jakarta -

Kemacetan di DKI Jakarta menjadi hal biasa yang terjadi setiap hari kerja. Kemacetan pada jam kerja berdampak ke psikologis masyarakat dan bisa membuat stres.

Pengamat Transportasi dan Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna mengatakan hampir rata-rata orang Jakarta stres karena macet. Pasalnya mereka menghabiskan waktu di perjalanan lebih lama.

"Ujung-ujungnya secara psikologis bisa kena TBC, tekanan batin capek deh, karena persoalannya itu tadi, tekanan waktu perjalanan. Sebetulnya kalau diteliti hampir rata-rata orang Jakarta itu stres," katanya dalam acara Kampanye Jalan Hijau 2023 yang disiarkan di YouTube BPTJ, Rabu (15/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yayat menyinggung penyebab kemacetan karena pergerakan kendaraan menuju Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Kedua wilayah ini menjadi pusat pemerintahan dan pusat bisnis.

"Ke mana orang-orang itu buat kita macet? Tujuan utama orang-orang itu ke Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, karena dia pusat pemerintahan dan bisnis. Tata ruangnya menunjukkan seperti itu," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu ia mendorong perbaikan di sektor tata kelola manajemen transportasi massal, misalnya melakukan integrasi baik dari sisi moda kendaraan, tarif, hingga ketepatan waktu.

Ia juga menekankan perlunya pembenahan integrasi di Stasiun Manggarai. Yayat menyebut layanan kereta api sudah baik kecuali di Stasiun Manggarai.

"Layanan kereta apinya makin bagus, angkat jempol, kecuali di Manggarai angkat kaki. Karena sekali lagi kita perlu benahi integrasi di Manggarai," sebutnya.

Dalam kesempatan itu, ia mencontohkan salah satu wilayah di Jakarta yang paling lengkap moda transportasi umumnya di Jakarta Pusat. Ada empat moda transportasi di sini, yaitu KRL, MRT,Transjakarta dan moda transportasi pilihan.

Meski demikian, Yayat menyebut penduduk di wilayah ini masih sedikit. Sementara layanan transportasi di wilayah pinggiran disebutnya kurang optimal.

"Jadi sebetulnya yang jadi persoalan adalah Jakarta Pusat banyak layanan angkutan transportasi tapi penduduknya sedikit," tuturnya.

Di Jabodetabek, menurut Yayat, wilayah yang transportasinya kurang optimal adalah Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Tangerang, serta beberapa daerah di sekitarnya.




(ara/ara)

Hide Ads