'Iwan Sotomie' dan 'Iwan Tahu Bulat' di Agen Bank

'Iwan Sotomie' dan 'Iwan Tahu Bulat' di Agen Bank

Irwan Nugroho - detikFinance
Kamis, 16 Feb 2023 21:32 WIB
Agen BRILink
Herlina, pemilik agen BRILink di Bekasi.Foto: Irwan Nugroho/detikcom
Jakarta -

Kendati cuaca sedang tak bersahabat karena mendung dan hujan selama dua hari berturut-turut, agen BRILink Sentosa yang terletak di Kompleks Perumahan Bumi Mutiara, Bojong Kulur, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu tetap ramai. Para nasabah bergantian datang ke agen bank jaringan Bank Rakyat Indonesia (BRI) tersebut untuk melakukan transaksi keuangan.

Tidak sampai satu jam, setidaknya tiga nasabah menyambangi agen BRILink yang dikelola oleh Pipih Hopipah bersama suaminya itu. Mereka umumnya melakukan pengiriman uang atau tarik tunai. Jari Pipih pun terlihat lincah memencet perangkat electronic data capture (EDC) setiap kali melayani nasabah. EDC tersebut merupakan pinjaman dari BRI.

"Silakan, Pak! Ada yang bisa dibantu?" sapa Pipih kepada seorang nasabah yang hendak mengirimkan uang ke rekening BRI pada Sabtu, 11 Februari 2023, itu. "Mau transfer uang, Bu," jawab nasabah itu sambil menyorongkan secarik kertas bertuliskan nomor rekening BRI yang dituju. Tak lupa uang tunai sekitar Rp 1 juta ia serahkan kepada Pipih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah dilakukan proses transfer, ternyata uang nasabah itu gagal terkirim. Begitu ditelusuri, rupanya nomor rekening tujuan yang diberikan kurang satu angka. Pipih pun menanyakan apakah nasabah itu tetap mau melanjutkan transaksi atau tidak. Nasabah itu menjawab tetap akan mengirim uang dan pamit pulang untuk memastikan kembali nomor rekeningnya.

Tanpa rasa khawatir sedikitpun, sang nasabah meninggalkan uangnya yang akan ditransfer itu di agen. Sekitar 20 menit kemudian, ia kembali dengan nomor rekening yang sudah dipastikan kebenarannya. Proses pengiriman uang pun selanjutnya berlangsung cepat. Selembar struk sebagai tanda bukti pengiriman uang lantas diberikan Pipih kepada nasabah.

ADVERTISEMENT

Tak berselang lama, nasabah lainnya datang dan meletakkan uang tunai sebesar Rp 900 ribu di meja untuk ditransferkan ke rekening tujuan. Bukannya menunggu sampai selesai transaksi dan memastikan uang sudah terkirim, nasabah itu buru-buru pergi meninggalkan agen. Pipih berjanji akan mengirimkan struk bukti transfer yang keluar dari EDC melalui pesan WhatsApp.

Interaksi antara 'teller' dengan nasabah yang cair dan seolah tanpa jarak seperti itu tentu tak lazim dijumpai di kantor bank. Pipih bilang, proses layanan perbankan bak dengan teman sendiri tersebut sangat sering dilakukannya sejak pertama kali membuka agen BRILink pada 2016. "Malah ada yang transfer Rp 25 juta, Rp 50 juta, dikresekin, habis itu ditinggal. Nanti saya WhatsApp bukti transaksinya," kata Pipih kepada detikFinance.

Penyebab nasabah begitu santainya bertransaksi di agen bank seperti BRILink adalah karena mereka telah percaya kepada pengelolanya. Memang, nasabah Pipih kebanyakan warga kompleks perumahan di sekitar agennya, sehingga saling kenal. Namun, tak sedikit pula nasabah di luar kompleks yang merasa nyaman dengan layanan dan suasana informal yang terbangun di agen Pipih. Alhasil, mereka terus menerus datang ke agennya saat butuh transaksi perbankan.

Ikatan emosional agen-nasabah menyebabkan nasabah yang loyal kepada Pipih terus bertambah. Ia tak punya catatan pasti berapa jumlah nasabahnya, namun kini sudah makin meluas hingga ke luar Bojong Kulur. "Kalau sekarang yang ambil tunai itu sudah (orang dari) Bantargebang. Di sana ada pabrik asal Korea. Ngambil gajinya di sini setiap tanggal 10," ucap Pipih. Bantargebang berjarak sekitar 6 Km dari Agen BRILink Pipih.

Karena nasabah sangat intens bertransaksi, Pipih sampai tak perlu lagi menanyakan nomor rekening tujuan transfer. Ia tinggal membuka laptop tempatnya menyimpan data nasabah loyalnya. Jangan heran bila identitas nasabah pun ditulis selayaknya memberi nama panggilan untuk teman. "Tinggal di-search. Namanya, misalnya Iwan, ya, sudah. Tapi kita kasih keterangan, Iwan Sotomie atau Iwan Tahu Bulat, misalnya gitu," terang mantan perawat di rumah sakit mata di Jakarta ini.

Pengakuan yang sama disampaikan Herlina, agen BRILink yang berlokasi di Cikunir, Bekasi, Jawa Barat. Ia menceritakan, beberapa waktu lalu banyak pekerja kereta ringan (light rail transit/LRT) yang mentransfer uang untuk keluarga mereka lewat agen BRILink miliknya. Selain dekat dengan tempat mereka bekerja, juga karena sudah merasa percaya kepada Herlina. Selain pekerja LRT, nasabahnya sangat banyak dan beragam, karena agennya terletak di pinggir jalan raya.

"Awal-awal dulu kita jemput bola. Ada orang bayar listrik, saya samperin. 2016 kan belum setenar sekarang agen BRILink. Masih belum dipercaya oleh masyarakat. 'Sampai nggak, nih, duitnya?' Tapi lama-lama agen BRI itu dipercaya orang, dilihat orang, akhirnya kita banyak nasabahnya," katanya kepada detikFinance, Rabu, 8 Februari 2023.

Infografis BRILinkInfografis BRILink Foto: Infog BRILink/Mindra Purnomo

Bersambung ke halaman berikutnya langsung klik

Meningkat di Masa Pandemi

Namun, baik Herlina maupun Pipih mengatakan, di luar kepercayaan dan ikatan emosional, ada faktor lainnya yang membuat nasabah datang ke BRILink. Pertama, masih banyak nasabah yang terbatas dalam penguasaan teknologi. Meskipun tinggal di perkotaan, banyak dari mereka yang tak percaya diri bertransaksi di bank, mobile banking, atau mesin ATM, sehingga lebih merasa nyaman dibantu agen. Juga, masih banyak orang yang belum membuka tabungan di bank.

Kedua, jam operasional bank yang terbatas pada jam kerja dari pukul 08.00-15.00 WIB dan tutup pada akhir pekan. Sementara agen BRILink beroperasi dari pukul 07.00-22.00 WIB, tujuh hari seminggu. Dari agen-agen BRILink diketahui bahwa transaksi paling banyak terjadi pada sore hingga malam dan hari libur. "Kalau diturutin, pukul 24.00 WIB itu masih ada yang transaksi. Tapi kata anak-anak 'Bu, ngoyo banget," kata Herlina.

Terlebih pada saat pandemi COVID-19, ketika kantor bank dikenakan pembatasan kunjungan. Herlina mengatakan, agen BRILink-nya 'kebanjiran' nasabah di masa pandemi. Namun, ia tetap berusaha menerapkan protokol kesehatan dengan ketat kepada para nasabahnya. "Karena pandemi itu pula saya fokus di sini. Di sini awalnya hanya satu meja. Ada yang transfer kita layanin, nggak ada kita tidur. Sejak pandemi saya nambah voucher dan asesoris- asesoris handphone," imbuh Herlina.

Transaksi Per Bulan

Ditanya tentang jumlah transaksi, Herlina mengungkapkan dalam satu bulan ia harus memenuhi target dari BRI sebanyak 500 transaksi dalam bentuk apapun dan menggunakan EDC. Jika tidak, maka EDC tersebut akan ditarik oleh mantri BRI. Namun, ia selalu dapat memenuhi target, bahkan sering melampauinya. Jadi, jika diambil rata-rata, maka dalam sehari ada 16 nasabah yang memanfaatkan jasanya.

Dalam ketentuan BRI, agen akan mendapatkan sharing fee 50:50 untuk setiap transaksi yang dikenakan. Sebagai contoh, nasabah melakukan tarik tunai dengan ATM BRI milik agen, maka saldo ATM agen akan terpotong Rp 3 ribu. Namun, nantinya agen akan mendapatkan pengembalian komisi setengahnya. Contoh lainnya, transfer antar bank, saldo agen akan dipotong Rp 15 ribu dan kemudian dikembalikan setengahnya sebagai komisi. Komisi-komisi tersebut akan diakumulasikan dalam sebulan.

Kendati begitu, agen dibebaskan mematok biaya administrasi kepada nasabah untuk berbagai macam transaksi. Dari berbagai informasi yang dihimpun detikFinance, biaya admin tersebut bervariasi, menyesuaikan besaran transaksi. Penentuannya pun berbeda setiap agen dan sangat kompetitif. Contoh, tarik tunai di bawah Rp 1 juta dikenakan admin Rp 5 ribu. Tarik tunai di atas Rp 1 juta dikenakan admin Rp 10 ribu dan berlaku kelipatannya.

Dengan kata lain, agen mendapatkan penghasilan fee bulanan dari BRI dan biaya admin dari nasabah. Selain tarik tunai dan transfer, agen BRILink melayani hampir semua transaksi keuangan di bank maupun mobile banking. Agen BRILink juga melayani penyaluran kredit mikro dan pembuatan rekening nasabah. Namun, untuk pemberian buku tabungan dan pembuatan ATM, nasabah tetap harus mengambilnya ke bank.

Karena itu, tidak mengherankan jika ada cerita agen BRILink mampu membeli rumah hingga mobil, terutama di daerah. Herlina sendiri saat ini sedang bersiap untuk berangkat umroh dari hasil bisnisnya. Sedangkan Pipih enggan membuka profit yang dia peroleh dari BRILink. Namun, dari keagenan bank ini, ia yang mempunyai tiga anak dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga seperti pada saat dia dan suaminya masih bekerja.

Pendapatan dari Fee Bertambah

Agen BRILink merupakan implementasi program keterbukaan (inklusi) keuangan perbankan dan transformasi digital yang dijalankan oleh BRI. Pipih dan Herlina adalah dua dari 627 ribu agen BRILink yang saat ini tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah itu terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Corporate Secretary PT BRI (persero), Aestika Oryza Gunarto beberapa waktu lalu di Bogor menjelaskan, sampai akhir tahun 2022 lalu, agen BRILink telah menjangkau lebih dari 58 ribu desa. Sedangkan jumlah transaksinya tembus 1,08 miliar dengan volume uang yang berputar sebesar Rp 1,298 triliun. Keberadaan agen juga berdampak pada makin efisiennya operasional BRI.

"Dengan volume transaksi Rp 1.298 triliun. Ini agen BRILink kita. Bahkan agen BRILink itu juga beberapa BRI unit kan mengurangi kantor kas, karena sudah ada agen BRILink. Dan siapapun boleh buka agen BRILink dengan syarat tertentu. Itu bagian dari inklusi keuangan," ungkap Aestika.

Sementara itu, dalam pemaparannya tentang kinerja BRI tahun 2022, Direktur Utama BRI Sunarno mengatakan, pendapatan berbasis komisi (free based income) berkontribusi besar dalam menjaga kinerja perseroan, selain melakukan efisiensi biaya dan mengoptimalkan recovery. Laba bersih BRI sendiri pada 2022 mencapai Rp 51,4 triliun, tumbuh 67,15 persen year on year (yoy).

"Pendapatan berbasis komisi memberikan kontribusi yang masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan. Di mana pada akhir Desember 2022, BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis Komisi senilai Rp 18,80 triliun atau tumbuh 10,16 persen yoy, sehingga fee to income ratio mencapai Rp 11,37 persen," kata Sunarso.

Sayangnya, belum dirinci berapa sumbangsih fee dari BRILink terhadap total pendapatan berbasis komisi sebesar Rp 18,8 triliun itu. Jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah fee dari transaksi BRILink yang didapatkan BRI makin meningkat, seiring dengan peningkatan laba bank BUMN itu sendiri.

Agen-agen BRILink berharap kerjasama yang sudah berjalan dalam beberapa tahun ini ditingkatkan. Herlina bilang, selama ini pihaknya selalu didampingi oleh mantri-mantri BRI. Namun, ia masih menemui kendala ketika mengajukan modal ke BRI dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR). Gara-garanya status BI checking pada kartu kredit yang sudah lama tak digunakannya.

"Kadang-kadang karena BI Checking jelek, jadi nggak dapat kredit. Sementara kita seorang agen sangat membutuhkan modal. Kita ada income juga ke BRI, kita membawa nama BRI. Itu saja," pungkas Herlina.


Hide Ads