Buang Kesan Kolot dan Kuno, Asep Pede Jual Batik Beromzet Puluhan Juta

Buang Kesan Kolot dan Kuno, Asep Pede Jual Batik Beromzet Puluhan Juta

Bahtiar Rifa'i - detikFinance
Minggu, 19 Feb 2023 14:00 WIB
Kang Asep, penjual batik di Serang
Foto: Kang Asep, penjual batik di Serang/Bahtiar Rifa'i
Jakarta -

Dari gerai Balada Batik Banten miliknya di Kota Serang, Kang Asep ingin mengikis anggapan batik sebagai pakaian kuno dan kolot. Pria asal Pandeglang ini merintis fashion batik motif Banten lebih modern dan digemari muda-mudi. Karena rintisannya, ia meraup cuan dan jadi star seller di e-commerce serta buat batik Banten dipakai di berbagai daerah Indonesia.

Usaha Kang Asep dirintis pada 2017 usai resign dari perusahaan swasta. Ia memulai dari bawah memanfaatkan platform digital media sosial Instagram dan pesanan melalui WhatsApp.

Dengan modal Rp 500 ribu, batik dipesan dengan cara preorder lalu dibayar tunai saat pengiriman atau COD. Biasanya, ia pilih kafe anak muda untuk bertemu dengan pelanggan sekaligus promosi batik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Modal awalnya Rp 500 ribu, jadi dibuat PO (pre order). Dulu kita susah ngebranding karena dulu batik Banten identik kolot, membosankan, warna biru hitam terus," kata Kang Asep saat ditemui detikcom di gerai tokonya di Jalan Jenderal Soedirman 17 Penancangan, Kota Serang.

Di tiga bulan pertama, ia mengaku sulit menggaet follower media sosial dengan pengikut hanya 13 orang. Ia lantas putar otak dan belajar ke butik batik di Cirebon. Ia mempelajari pemasaran, fotografi hingga promosi di media sosial dari sana.

ADVERTISEMENT

Berbekal ilmu itu, Kang Asep lalu menggaet muda-mudi untuk jadi model batik yang ia rancang. Mode batiknya pun nggak melulu kemeja tapi ia ubah jadi blazer, outer dan lain sebagainya.

"Makanya dibuat batik yang untuk anak muda, ada outer, blazer, kita pangsa pasarnya anak muda," ujar pria bernama lengkap Tb Asep Pramudya itu.

Baru di tahun 2020, Asep kemudian merambah pasar di platform e-commerce. Meski sempat ragu karena belum setenar batik Pekalongan atau Solo di platform ini, rupanya anggapan itu ternyata salah. Karena katanya lapak batik Banten justru dicari orang di e-commerce. Khususnya warga Banten yang merantau di berbagai daerah Indonesia.

Sayangnya, di tahun itu ia menghadapi pandemi Corona. Penjualan baik di gerai dan di pasar digital seret dan baru bangkit di tahun 2022.

"Pas 2022 aktif banget ke e-commerce, baru upload satu foto yang lihat 200 orang hanya beberapa menit," ujarnya.

Lewat platform digital itu ia juga bisa tahu demografi pembeli. Pasar batik Banten rupanya laku dipesan warga di Tangerang Raya, Jakarta, Bogor, Surabaya dan Kalimantan, Riau bahkan pernah mengirim pesanan hingga Papua.

Motif yang disukai dan dipesan juga tidak melulu motif badak warna biru hitam. Tapi mulai berkembang ke pemesanan motif menara Banten, tapak kebo, leuit Baduy, dan berbagai motif corak kesultanan Banten.

Untuk memenuhi pesanan di e-commerce, Kang Asep sekarang juga punya rumah produksi di Kota Serang dan Pandeglang. Ia juga menjalin partnership penjualan dengan UMKM batik dari Cilegon, Lebak, termasuk dengan UMKM warga Baduy yang punya produk tenun, koja, dan lomar atau tutup kepala. Produk mereka ia bantu pasarkan secara digital di lapak e-commerce miliknya.

"Justru mereka terima kasih ke kita karena kita menjual di e-commerce," ujarnya.

Berkat kerja kerasnya, sekarang Kang Asep sudah jadi star seller di Shopee melalui akun Oleh Oleh Banten dengan pengikut kurang lebih seribu orang. Akun @baladabatikbanten di Instagram pun mencapai 4.700 lebih pengikut. Omsetnya baik dari penjualan di toko, media sosial dan e-commerce sudah mencapai Rp 30 hingga Rp 50 juta sebulan.

"Omset tidak tetap antara Rp 30 hingga Rp 50 juta," paparnya.




(bri/zlf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads