Jassy beralasan kebijakan ini memudahkan karyawan bekerja sama dan menciptakan kebersamaan. Langkah tersebut menandai berakhirnya kebijakan Amazon terkait pola kerja, yang terakhir diperbarui pada Oktober 2021.
Pada Jumat lalu, sekitar 14.000 karyawan membicarakan hal ini melalui aplikasi komunikasi Slack. Karyawan juga menyusun petisi untuk membatalkan kebijakan baru.
"Kami yang bertandatangan di bawah ini meminta Amazon melindungi peran dan statusnya sebagai pemimpin ritel dan teknologi global untuk membatalkan kebijakan RTO (kembali ke kantor) dan mengeluarkan kebijakan baru yang memungkinkan karyawan bekerja fleksibel," tulis draft petisi yang dilaporkan Business Insider dikutip dari CNBC, Rabu (22/2/2023).
Namun, juru bicara Amazon mengingatkan lewat postingan blog Jassy soal panduan RTO. Karyawan membalasnya dengan merujuk pernyataan Jassy soal manfaat kerja jarak jauh.
"Banyak karyawan mempercayai pernyataan ini dan merencanakan pola hidup di mana atasan mereka tidak akan memaksa untuk kembali ke kantor. Mandat RTO menghancurkan kepercayaan mereka pada para pemimpin Amazon," bunyi draf petisi tersebut.
Karyawan yang pindah selama pandemi atau pekerja jarak jauh khawatir kebijakan baru akan mempengaruhi mereka. Karyawan Amazon membengkak selama tiga tahun terakhir karena rekrutmen besar-besaran.
Petisi tersebut mengutip data internal yang menunjukkan mayoritas karyawan lebih suka bekerja jarak jauh, dengan opsi sinkronisasi bulanan di kantor, atau memilih bekerja di kantor maksimal dua kali seminggu.
Kebijakan bekerja lagi di kantor dinilai dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan kerja karyawan hingga merugikan kalangan orang tua, minoritas, dan penyandang disabilitas. Karyawan juga mempertanyakan alasan Amazon di balik pemaksaan kerja tatap muka ini.
Misalnya, sejumlah karyawan mungkin hanya datang ke kantor untuk melakukan rapat virtual. Sebagian karyawan juga mungkin tidak memiliki rekan kerja saat kerja di kantor. (ara/ara)