Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan periode 2022 sebesar Rp 54,46 miliar. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengaku, dia mendapatkan pujian dari Presiden Joko Widodo.
Zulhas menjelaskan ini merupakan surplus tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. "Surplus ini tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka, sampai Pak Presiden katakan, 'Siapa dulu dong Mendagnya'," ujar dia dalam Raker Kemendag di Novotel Lampung, Rabu (1/3/2023).
Dia mengatakan surplus ini sangat besar dan jika dikonversikan ke rupiah bisa hampir menyentuh Rp 900 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk negara mitra dagang saat ini didominasi oleh beberapa negara yaitu Amerika Serikat (AS), India dan Filipina. Dengan China transaksi dagang memang besar, namun surplusnya kecil.
Dalam paparannya tiga negara dagang penyumbang surplus perdagangan non migas ini antara lain AS surplus US$ 18,89 miliar, India US$ 16,16 miliar, Filipina US$ 11,41 miliar.
Untuk tiga komoditas non migas penyumbang surplus perdagangan sepanjang 2022 yaitu lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$ 34,83 miliar.
Kemudian bahan bakar mineral US$ 26,10 miliar. Selanjutnya besi dan baja US$ 13,89 miliar.
Dia juga menyampaikan tahun 2023 ini pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia akan melambat. Meski begitu harus tetap berupaya untuk menahan perlambatan agar pertumbuhan tetap terjadi.
Sebelumnya diberitakan Indonesia memang telah mengalami surplus neraca perdagangan sejak Mei 2020.
Surplus neraca perdagangan Desember 2022 bersumber dari berlanjutnya surplus neraca perdagangan nonmigas, sedangkan defisit neraca perdagangan migas sedikit meningkat. Pada Desember 2022, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat US$ 5,61 miliar.
Perkembangan tersebut didukung oleh tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas, yang tercatat sebesar US$ 22,35 miliar. Tetap kuatnya kinerja ekspor nonmigas terutama bersumber dari kenaikan ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti nikel, bijih logam, dan timah seiring dengan harga komoditas global yang masih tinggi.
Selain itu, ekspor produk manufaktur, seperti mesin dan perlengkapan elektrik, serta pulp dari kayu, juga tercatat meningkat. Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan India tetap tinggi dan menjadi kontributor utama terhadap total ekspor Indonesia.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tercatat sedikit meningkat dari US$ 1,69 miliar pada November 2022 menjadi US$ 1,73 miliar pada Desember 2022.
(kil/zlf)