Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas) Eko Susilo mengungkapkan inovasi dari produsen lokal dalam melahirkan produk yang inovatif, aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan melatari tumbuhnya penjualan galon bebas BPA.
Data Asparminas pada awal 2023 mencatat penjualan galon bebas BPA meningkat menjadi 8% dari 6% setahun sebelumnya. Dalam rentang waktu yang sama, pangsa pasar galon guna ulang berbahan plastik keras polikarbonat menyusut menjadi 92% dari sebelumnya 94%.
"Ini artinya masyarakat kian sadar produk AMDK yang aman untuk kesehatan dan, di sisi lain, pemain-pemain menengah dan kecil telah berhasil melakukan inovasi dan meningkatkan daya saing sehingga bisa merebut pasar dari pemain besar," kata Eko dalam keterangan tertulis, Kamis (2/3/2023).
Data menunjukkan total penjualan galon bermerek pada 2022 mencapai Rp 9,7 triliun, meningkat empat persen dari setahun sebelumnya. Dari data tersebut, penjualan galon guna ulang berbahan kemasan polikarbonat, yang didominasi penjualan market leader relatif stagnan dari setahun sebelumnya.
Di waktu yang sama, data menunjukkan penjualan galon berbasis kemasan BPA Free, mencakup 8 persen dari pangsa pasar, mencapai Rp 878 miliar pada 2022. Adapun angka ini meningkat 41% dari setahun sebelumnya.
"Pertumbuhan penjualan galon BPA Free yang dua digit tentunya kabar baik bagi produsen lokal," jelas Eko.
Melihat kondisi ini, Eko mengatakan pihaknya berkomitmen mendukung regulasi BPOM terkait pelabelan risiko BPA. Mengingat saat ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sedang merancang aturan pelabelan sebagai bentuk edukasi publik akan risiko BPA.
"Para pelaku usaha AMDK yang bergabung dalam Asparminas sejak awal sepakat untuk mendukung pelabelan risiko BPA pada galon guna ulang, karena pelabelan tersebut justru bermanfaat untuk kelangsungan bisnis air minum kemasan di tanah air," ungkap Eko.
Direktur Operasional PT Sariguna Primatirta Tbk ini pun menilai rencana pelabelan BPA juga akan mendorong pelaku usaha untuk lebih inovatif dan lebih tenang dalam menjalankan usaha air minum. "Masyarakat juga diuntungkan karena kesehatan mereka bisa lebih terjaga," paparnya.
Terkait hal ini, Eko juga menolak lobi industri yang tidak ingin mengikuti regulasi pemerintah untuk pelabelan galon guna ulang yang mengandung BPA.
"Itu mengada-ada," katanya.
"Padahal, regulasi pelabelan BPOM itu kan sifatnya moderat sekali, hanya berupa kewajiban menempelkan tulisan 'Berpotensi Mengandung BPA' pada kemasan polikarbonat, jadi tidak ada pelarangan untuk menghentikan penggunaan galon guna ulang," sambungnya.
Berkaca pada pelabelan bahaya merokok, yang disertai redaksi peringatan yang keras dan foto penderita kanker pada bungkus rokok, Eko menyebut masyarakat pada akhirnya bebas memilih untuk tetap mengonsumsi atau tidak.
"Kenyataannya sampai sekarang masih banyak orang yang tetap merokok," ucapnya.
Oleh karena itu, Eko menyebut pelabelan BPA pada galon guna ulang tidak lantas membuat orang berhenti minum dari air galon. Pelabelan tersebut, lanjutnya, sebatas membuat konsumen lebih cermat dan melek informasi sebelum mengkonsumsi air minum kemasan galon.
"Trend dunia adalah bagaimana produsen pangan, termasuk AMDK, bisa terus berinovasi melahirkan aneka produk yang aman bagi kesehatan sekaligus ramah lingkungan," katanya.
Dukungan terhadap produksi kemasan yang aman juga diungkapkan oleh para produsen AMDK lokal. Teranyar, salah satu produsen AMDK meluncurkan kemasan baru yang perancangannya mengikuti teknik desain mutakhir 3D Parametrik.
Tak hanya nyaman digenggam, desain kemasan ini terlihat lebih estetik dan kekinian, serta tetap mengedepankan aspek keamanan kemasan karena menggunakan plastik yang bebas dari senyawa Bisfenol A atau BPA.
(ega/ega)