Lampung merupakan salah satu daerah penghasil pisang dan nanas terbesar di Indonesia dan dunia. Buah-buahan ini juga telah di ekspor ke berbagai negara.
Namun, masih ada kendala yang dihadapi oleh para eksportir buah ini di beberapa negara tujuan ekspor, seperti pengenaan tarif bea masuk di negara tujuan.
Seperti yang dialami oleh PT Great Giant Pineapple Co (GGPC) di Kabupaten Lampung Tengah. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengungkapkan nanas dan pisang asal Lampung ini sudah diekspor hampir ke seluruh dunia.
"Perusahaan Great Giant Pineapple ini penghasil nanas terbesar di dunia. Dia ekspor ke hampir seluruh negara di dunia, termasuk pisang, tapi ada yang harus kita bela. Banyak yang mendapat perlakuan yang tak adil dari negara-negara (tujuan ekspor)," imbuh dia di pabrik pengepakan GGPC di Lampung Tengah, Jumat (3/2/2023).
Zulhas mencontohkan untuk bea masuk nanas dan pisang di Uni Eropa mencapai 16%, Turki 58%, Korea Selatan untuk pisang 30%.
RI Mau Balas
Dia menyebut pemerintah siap untuk membalas ketidakadilan ini. Seperti akan mengenakan pajak serupa yang mengekspor buah ke Indonesia.
"Nanti kita balas itu, kita akan berunding. Langkah pertama, saya minta ada imbal dagang dan saya undang duta besarnya. Kalau dipajaki ya kita pajaki balik," jelas dia.
Pemerintah juga segera membuat perjanjian dagang, misalnya negara-negara yang mengimpor buah seperti Korea Selatan, Jepang, dan China juga harus membeli buah asal Indonesia.
"Mereka beli nanas dan pisang, kita nggak punya apel, jadi bisa bawa apel balik. Jangan kita aja yang beli (impor)," ujar dia.
Direktur Corporate Affair GGPC Willy Soegiono mengungkapkan memang ada beberapa negara yang menerapkan tarif bea masuk yang besar. Seperti di Eropa 16%, pisang ke Korea Selatan 30%, Pakistan 40%, dan Turki 50%.
Willy mengharapkan pemerintah bisa terus meningkatkan perundingan agar tarif bea masuk ini bisa berkurang. "Kita ini masih kalah dari Filipina, mereka bisa dapat tarif bea masuk yang lebih murah. Filipina itu kalau di Eropa menganggap dirinya negara miskin," imbuh dia.
(kil/ara)