Bregret? Banyak Orang Inggris Menyesal Brexit

Bregret? Banyak Orang Inggris Menyesal Brexit

Ahmad Syahri Wijayanto - detikFinance
Jumat, 03 Mar 2023 19:20 WIB
BATH, ENGLAND - OCTOBER 13:  In this photo illustration, a stack of Β£1 coins is seen with the new Β£10 note alongside US dollar bills on October 13, 2017 in Bath, England. Currency experts have warned that as the uncertainty surrounding Brexit continues, the value of the British pound, which has remained depressed against the US dollar and the euro since the UK voted to leave in the EU referendum, is likely to fluctuate.  (Photo Illustration by Matt Cardy/Getty Images)
Foto: Getty Images/Matt Cardy

Anand Menon, profesor politik Eropa dan urusan luar negeri di King's College London, mengatakan kepada CNBC bahwa ada dua perubahan utama dalam sikap publik terhadap Brexit.

"Yang pertama adalah meningkatnya jumlah orang, yang dulu mendukung Brexit, sekarang mengatakan bahwa pemerintah telah menangani Brexit dengan buruk. Artinya, mereka melihat ini sebagai kegagalan pemerintah," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal kedua adalah meningkatnya jumlah pendukung yang menurut mereka Brexit memiliki dampak ekonomi yang negatif," lanjutnya.

Hal ini dibuktikan dalam jajak pendapat YouGov terbaru, yang menemukan bahwa 68% dari mereka menganggap pemerintah telah menangani Brexit dengan buruk, dibandingkan hanya 21% yang mengatakan pemerintah menangani dengan baik.

ADVERTISEMENT

Sekitar 17,4 juta warga Inggris ingin negaranya keluar dari Uni Eropa dalam referendum Brexit. Namun beberapa hari kemudian, mereka yang memilih 'Leave' mengaku terkejut dan menyesali keputusan mereka.

Menurut Menon juga, Brexit mulai berdampak negatif terhadap ekonomi pada awal 2020, tak lama setelah Inggris meninggalkan UE. Dampak itu telah muncul sejak pandemi COVID-19.

Industri dari pertanian dan perikanan hingga manufaktur mobil dan obat-obatan telah mengalami kesulitan akibat dari Brexit selama beberapa tahun terakhir ini.

Sekarang, Menon berpendapat bahwa bomerang akan terjadi, karena banyak masalah ekonomi Inggris saat ini yang terjadi akibat Brexit yang tentunya banyak efek yang dapat merugikan negaranya.

"Sama sekali tidak ada keraguan bahwa Brexit adalah alasan angka ekonomi yang buruk yang kami lihat, terutama buruk dalam konteks ekonomi G-7 lainnya," katanya.

Tercatat sebanyak 51,9 persen pemilih atau 17.410.742 orang mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa, sedangkan 48,1 persen pemilih atau 16.141.241 orang mendukung tetap bergabung.

Bersambung ke halaman selanjutnya.


Hide Ads