Bregret? Banyak Orang Inggris Menyesal Brexit

Bregret? Banyak Orang Inggris Menyesal Brexit

Ahmad Syahri Wijayanto - detikFinance
Jumat, 03 Mar 2023 19:20 WIB
BATH, ENGLAND - OCTOBER 13:  In this photo illustration, a stack of Β£1 coins is seen with the new Β£10 note alongside US dollar bills on October 13, 2017 in Bath, England. Currency experts have warned that as the uncertainty surrounding Brexit continues, the value of the British pound, which has remained depressed against the US dollar and the euro since the UK voted to leave in the EU referendum, is likely to fluctuate.  (Photo Illustration by Matt Cardy/Getty Images)
Foto: Getty Images/Matt Cardy

Istilah Brexit sedang 'didefinisikan ulang'

Mantan Perdana Menteri Boris Johnson memenangkan pemilihan umum pada tahun 2019 dengan janji untuk "menyelesaikan Brexit", menggembar-gemborkan perjanjian "siap" negosiasikan dengan Uni Eropa. Kampanye itu melihat kandidat konservatif pro-Brexit garis keras membalikkan gelombang bekas pemilih pemilihan buruh "red wall".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menon menyoroti hal tersebut bahwa sudah tiga tahun, Brexit sedang "didefinisikan ulang" dari masalah berbasis budaya dan nilai yang menyatukan para pemilih yang mungkin keras pada ekonomi, menjadi masalah terutama ekonomi.

"Itu bermasalah bagi pemerintah karena koalisi Brexit yang disatukan oleh Boris Johnson bersatu dalam masalah budaya, tetapi sangat terpecah dalam ekonomi, jadi tidak dapat terjadi secara efektif dan terkoordinasi, dan kami melihat ini di Partai parlementer," jelas dia.

ADVERTISEMENT

"Ada pertikaian atas hal-hal yang sebagian besar partai politik alami dan sulit untuk bersatu, salah satu cara mereka agar bersatu, dengan dasar-dasar strategi ekonomi." lanjutnya.

Terlebih lagi, Brexit tidak lagi menjadi perhatian sebagian besar pemilih. Indeks Masalah Ipsos terbaru menunjukkan layanan kesehatan nasional adalah masalah yang paling menjadi perhatian publik, dengan 42% responden. Ekonomi dan inflasi, yang mendominasi selama setahun terakhir, dengan masing-masing sebesar 37% dan 36%.

Pada Januari 2019, tahun pemilihan umum terakhir, Brexit menjadi isu utama bagi 72% pemilih, menunjukan prihatin tertinggi.

Masalah seperti kekurangan sayuran baru-baru ini di Inggris dan kenaikan harga pangan dihubungkan dengan Brexit oleh komentator politik Inggris dan anggota parlemen dengan keyakinan tertentu. Menon menyarankan pendukung Brexit dapat mencoba untuk tenang dan tidak mengaitkan sebab akibat yang sama, berharap ekonomi telah pulih dalam waktu tiga tahun.


(dna/dna)

Hide Ads