Harga tiket pesawat disebut-sebut terus meningkat. Banyak spekulasi terkait penyebabnya, salah satunya menyinggung soal bahan bakar atau avtur.
Lantas, bagaimana hubungan bahan bakar terhadap harga tiket pesawat? Dilansir dari Aarrdy.com, Senin (6/3/2023) mencoba melakukan perhitungan sederhana bagaimana harga avtur bisa mempengaruhi tinggi rendahnya harga tiket pesawat.
Misalnya saja pada penerbangan dengan pesawat Airbus A-320 dan Boeing 737 yang dalam perhitungannya mampu membawa 150 penumpang.
Perhitungan itu mengambil contoh penerbangan di Amerika Serikat yang bisa berlangsung 2 jam dengan jarak tempuh 1.000 mil atau 1.609 km.
Dibutuhkan sekitar 5 galon bahan bakar atau 18 liter bahan bakar per penumpang untuk penerbangan satu jam. Estimasi kasarnya untuk penerbangan sejauh 1609.34 km selama 2 jam, penumpang hanya menghabiskan 10 galon bahan bakar.
Harga bahan bakar pesawat lebih murah ketimbang harga bahan bakar di pom bensin. Harganya berkisar US$ 1 atau Rp 15.300 (kurs Rp 15.300) per galon.
Misalnya, penerbangan New York ke Chicago dengan estimasi waktu dua jam. American Airlines menjual tiket seharga US$ 200. Artinya harga bahan bakar sekitar US$ 10 sekali jalan per penumpang, atau 10% dari harga tiket.
Lalu bagaimana dengan komponen lainnya?
Biaya bahan bakar dan operasional penerbangan sebenarnya tak hanya ditanggung oleh penumpang pesawat. Ada ongkos bagasi sebenarnya turut menyumbang pendapatan besar ke maskapai. Bagasi seberat 35 lbs atau 15,8 kg membutuhkan setengah galon bahan bakar atau seharga US$ 0,50.
Maskapai memang mendapatkan penghasilan besar dari bagasi. American Airlines mematok biaya bagasi US$ 25 untuk tas pertama, dan bertambah jadi US$ 200 jika membawa empat tas.
Tahun lalu American Airlines menghasilkan US$ 4 miliar hanya dari ongkos bagasi. Tas berat milik penumpang menjadi lini bisnis menguntungkan bagi maskapai.
(dna/dna)