3 Fakta Tambak Udang Terbesar se-RI yang Diresmikan Jokowi

3 Fakta Tambak Udang Terbesar se-RI yang Diresmikan Jokowi

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 10 Mar 2023 07:45 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan kawasan tambak budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023). Tambak ini menerapkan konsep ramah lingkungan.
Foto: Aulia Damayanit/detikFinance
Kebumen -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meresmikan tambak budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah. Tambak udang modern terbesar di Indonesia ini telah dibangun seluas 60 hektar dan akan bertambah lagi 40 hektare (ha).

Berikut fakta-faktanya:

1. Biaya Pembangunan Rp 175 Miliar

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi mengatakan bahwa proyek tambak budidaya udang berbasis kawasan (BUBK) di Kebumen, Jawa Tengah telah menghabiskan dana sebanyak Rp 175 miliar. Menjadi tambak yang terbesar, luasan yang saat ini sudah terbangun mencapai 60 hektar berisi 149 petak tambak.

Untuk produktivitas mampu menghasilkan 40 per hektar per tahun. Jokowi berharap produktivitas itu bisa lebih dari 40 ha. Dengan adanya tambak ini, Jokowi juga ingin bisa menjadi percontohan oleh pembangunan tambak di daerah lainnya.

ADVERTISEMENT

"Ini akan menjadi sebuah contoh nanti bisa copy provinsi lain, kabupaten lain dengan manajemen modern," jelasnya.

2. Target Akan Dibangun di Sumba Timur, NTT

Jokowi juga mengatakan dengan adanya percontohan di Kebumen, tambak udang berbasis kawasan akan dibangun lagi di Waingapu Nusa Tenggara Timur (NTT). Jokowi menyebut tambak udang di Waingapu itu akan dibangun di tanah seluas 1.800 hektar (ha).

"Sebentar lagi kita akan mulai lagi 1.800 hektar di Waingapu NTT, ini desain perencanaan sudah selesai ini dicopy dibuat di sana. Kita harapkan itu akan menjadi sebuah kawasan yang terintegrasi," ujar Jokowi.

Jokowi menyebut, tambak udang di Waingapu akan ada industri pangannya serta produksi industri turunan dari hasil panen udang tersebut.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan targetnya pembangunan awal akan dilakukan tahun ini. Mulanya akan dibangun terlebih dahulu sebesar 500 Ha.

"Di tahun ini bisa dimulai, saya sih terus terang di April-Mei itu bisa dimulai. Kalau itu bisa dimulai maka September 2024 satu fase untuk seluas 500 hektare sudah terbangun dan sudah mulai produksi dan industri turunannya bisa dilakukan," kata Trenggono.

Trenggono mengatakan tambak udang modern yang akan dibuat di Sumba Timur diharapan seperti industri yang dibuat oleh negara-negara maju. Jadi, mulai dari pembuatan pakan hingga budidaya terintegrasi, termasuk pengolahan udang untuk kebutuhan farmasi.

"Karena jumlahnya memadai, jumlahnya cukup untuk industri. Apakah itu akan mencapai 2 juta ton? Belum Lalu paling tidak Indonesia 5 tahun yang akan datang menjadi juara produksi udang," lanjutnya.

Apa bedanya dengan tambak konvensional? Baca halaman berikutnya

3. Beda Tambak Udang Modern dengan Tradisional

Trenggono menjelaskan apa perbedaan dari tambak udang modern di Kebumen dengan tambak tradisional. Menurutnya, tambak udang modern dengan konsep berbasis kawasan ini memikirkan proses kebersihan dari air hingga benur yang akan dibudidaya.

Kebersihan dan sterilisasi itu dilakukan karena budidaya udang ini lebih sensitif dengan virus atau penyakit. Trenggono pun buka-bukaan proses sterilisasi tersebut yang dimulai dari penyaringan dan sterilisasi air.

Kemudian sebelum ditebar di kolam, benur udang terlebih dahulu juga dicek apakah mengandung penyakit atau tidak. Istilah yang digunakan KKP adalah dengan cara budidaya ikan yang baik (CBIB).

"Benur yang mau ditabur itu juga harus dipastikan benurnya tidak mengandung penyakit, di PCR juga, ini lebih ke prosedur," lanjutnya.

Selain itu, hasil limbah dari bekas budidaya udang tersebut juga akan dimanfaatkan. Maka, ada alat yang menyaring limbah tersebut. Trenggono mengatakan limbah budidaya udang bisa diolah untuk pupuk.

"Air yang selesai budidaya ini harus mengalir ke instalasi pengolahan limbah. Sebelum dia masuk ke laut dipastikan airnya itu bersih, nah kotoran limbah nya ini yang bisa kita tampung tadi bisa diproses sebagai pupuk dan macam-macam," ungkapnya.

Menurut Trenggono, tambak tradisional sendiri tidak memikirkan pengecekan terhadap air hingga kesehatan udang atau benur. Padahal budidaya udang disebut menjadi yang rawan dengan adanya virus.

"Budidaya yang tradisional itu cenderung abai tidak ada checking air yang untuk budidaya, tidak ada checking bibit, checking pakan bahkan pakan kadang dikasih kadang tidak yang menyebabkan produktivitas udang menjadi kuntet berpenyakit dan sebagainya yang bisa terjadi," pungkasnya.



Simak Video "Video Gelombang Penolakan Pembangunan Tambak Udang di Sukabumi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads