Ekonomi Global Tak Pasti, RI Masih Bisa Moncer Gara-gara Ini

Ekonomi Global Tak Pasti, RI Masih Bisa Moncer Gara-gara Ini

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 10 Mar 2023 19:30 WIB
Pemulihan ekonomi nasional di tahun 2021 masih memiliki tantangan besar. COVID-19 masih menjadi faktor ketidakpastian alias hantu pemulihan ekonomi.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Ekonomi global disebut masih dibayangi ketidakpastian. Namun, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh karena momentum perekonomian mulai membaik.

Direktur Group Riset Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Herman Saherudin mengungkapkan ada lima faktor pendorong pertumbuhan ekonomi, komponen yang paling besar persentasenya adalah konsumsi domestik. Upaya menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tahun penuh tantangan ini adalah dengan meningkatkan konsumsi masyarakat.

"Artinya, kita bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi jika konsumsinya cukup," ujar Herman, ditulis Jumat (10/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Herman mengatakan, saat ini konsumsi masyarakat setelah PPKM sudah pulih, tanpa melihat grafik, hal tersebut secara kasat mata bisa dilihat dari keseharian masyarakat dimana saat inipendemi bisa dikatakan sudah jadi endemi, meski belum ada pengumuman resmi WHO.

"Aktivitas ekonomi sudah pulih, mall, bioskop, traveling, artinya konsumsi masyarakat telah pulih. Simpanan masyarakat perseorangan growth-nya sudah mulai ternomalisasi, dimana porsi konsumsi dan porsi simpanan/tabungan masyaakat itu balance," jelas Herman.

ADVERTISEMENT

Dia menyebut selain konsumsi domestik yang menyumbang 50% dari pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh dunia usaha. Dunia usaha harus didorong untuk meningkatkan investasi mereka.

Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah mengatakan bahwa masyarakat Indonesia termasuk di dalamnya dunia usaha tidak perlu khawatir akan ancaman resesi. "Kita nggak perlu khawatir di tahun 2023 ini, artinya, tidak akan ada resesi di tahun 2023," ujar Piter.

Ia menyebut bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 4,8%, sementara dirinya pribadi memperkirakan 4,75% sampai 5,25%. Artinya, kata Piter tahun ini perekonomian Indonesia akan tumbuh baik, karena ekonomi Indonesia tidak tergantung kepada global.

"Global boleh saja resesi, tapi Indonesia tidak akan resesi,kenapa karena pertumbuhan kita lebih ditentukan oleh domestic demand," tegasnya.

Herman menambahkan, Indonesia bisa masuk resesi jika domestik demand-nya terpengaruh, seperti saat Indonesia mengalami pandemi, di mana pergerakan masyarakat terhenti akibat kebijakan PPKM.

Ada bayang-bayang inflasi. Cek halaman berikutnya.

Dibayangi Inflasi

Anggota Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono mengungkapkan inflasi AS yang dulu sempat menyentuh 9% dan kini mulai turun 6,4%. Demikian pula inflasi di Eropa yang sempat menyentuh double-digit kini juga mulai mengalami penurunan.

Meskipun inflasi telah mengalami penurunan, kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral global masih belum berakhir. The Fed masih terus melanjutkan kenaikan suku bunga acuan dengan suku bunga acuan terakhir berada di level 4,75%.

"Stance Gubernur The Fed masih cukup hawkish dan diperkirakan masih akan melanjutkan kenaikan suku bunga untuk menurunkan inflasi. Demikian pula dengan European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) yang juga diperkirakan masih melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga," kata Didik.

Tahun ini ekonomi global diperkirakan melambat meskipun tidak separah yang diperkirakan sebelumnya. Bahkan, kita sebenarnya bisa melihat bahwa ekonomi global di tahun ini masih akan tumbuh positif berdasarkan prediksi berbagai lembaga internasional.

Dari ketidakpastian yang masih tinggi di tingkat global, satu kabar baiknya, ekonomi Indonesia cukup resilien dalam menghadapi berbagai ketidakpastian tersebut. Menurut Didik, kita dapat melihat bahwa tahun 2022 yang lalu, ekonomi kita mampu tumbuh 5,31%.

"Pencapaian ini merupakan salah satu yang terbaik di antara negara-negara anggota G20. Di tahun 2023 ini, momentum pemulihan ekonomi kita diperkirakan juga masih akan berlanjut. Berbagai lembaga internasional masih memperkirakan ekonomi kita akan tumbuh mendekati 5%," ujar dia.

Menurut dia kunci dari resiliensi ekonomi domestik kita terhadap berbagai guncangan eksternal adalah porsi konsumsi kita yang sangat besar dan porsi ekspor yang relatif kecil jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Konsumsi swasta di Indonesia mencakup 52,81% dari PDB kuartal IV-2022, sedangkan porsi ekspor di waktu yang sama sebesar 24,72%. Kondisi seperti ini menyebabkan guncangan yang terjadi di tingkat global dapat diredam oleh solidnya ekonomi domestik.

"Contoh lain yang menunjukkan kuatnya daya tahan ekonomi Indonesia adalah ketika terjadi krisis keuangan global di tahun 2008-2009. Kala itu pada tahun 2009, ketika ekonomi dunia tumbuh -0,1%, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 4,7%," jelas Didik.



Simak Video "Jokowi Minta Masyarakat Belanja Sebanyak-banyaknya!"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads