PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) meningkatkan produksi amoniak dan urea agar bisa merambah pasar global. Pupuk Kaltim pun telah menyiapkan strategi jitu untuk mencapai target ini.
Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengungkapkan tingkat konsumsi pupuk diprediksi akan terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan atas pangan dan juga kebutuhan sektor industri. Menurutnya, di Asia permintaan untuk urea hingga 2030 diprediksi mencapai 4,5% sedangkan amoniak mencapai 7,9%.
Rahmad menyampaikan Pupuk Kaltim mempunyai strategi pertumbuhan yang ditopang digitalisasi untuk menjawab permintaan ini. Strategi pertama yaitu dengan melebarkan sayap lewat pembangunan pabrik-pabrik di dalam negeri maupun luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Pupuk Kaltim) akan membangun pabrik-pabrik di luar dari Bontang. Tidak hanya dalam negeri tapi juga bahkan kita terus mencari peluang untuk mengembangkan pabrik-pabrik di luar negeri," ungkap Rahmad di acara konferensi pers 'Tren dan Potensi Industri Pupuk & Petrokimia Indonesia 2023, Jakarta (29/3/2023).
Pupuk Kaltim juga diberikan amanah oleh Presiden Joko Widodo membangun pabrik di Fak-Fak, Papua Barat. Pabrik yang jadi proyek strategis nasional tersebut nantinya bisa memproduksi 1,15 juta ton urea dab 825.000 ton amoniak. Bila diestimasikan tahun 2030 produksi urea mencapai 6-7 ton, maka pabrik yang ditargetkan rampung 2027 ini mampu memenuhi kebutuhan urea di Indonesia mencapai 80%.
"Dampaknya juga di peringkat Pupuk Kalimantan Timur dalam industri amoniak dan urea, nanti kalau pabrik amoniaknya yang di Papua Barat sudah beroperasi, ranking Pupuk Kaltim akan naik dari ranking 3 besar di Asia Pasifik, menjadi peringkat 2. Dan untuk urea akan meningkat dari ranking 6 jadi peringkat 4," imbuhnya.
"Ini artinya PKT jadi perusahaan sangat besar, sangat penting pada global supply chain," sambungnya.
Pada 2023, PKT juga berupaya untuk menggenjot produksinya untuk mencapai target 2,768 ton amoniak, 3.399 juta ton urea dan 250 ribu ton NPK. Rencana ini akan berbasis pada prinsip growth strategy. Lewat strategi ini, PKT menyasar 6% pasar urea, 20% pasar amoniak, dan 2% pasar NPK di Asia Tenggara pada 2030.
Lebih lanjut, Rahmad mengatakan PKT juga ingin memproduksi green amoniak yang diproduksi menggunakan bahan baku air. Ia juga menuturkan Indonesia berada di posisi strategis untuk menjadi clean amonia hub, terutama untuk kawasan Asia-Pasifik.
Hal ini disebabkan ada banyak sumber-sumber energi terbarukan yang menjadi bahan baku pembuatan green amonia seperti Geothermal, solar, angin, dan energi lainnya. PKT pun siap menempatkan diri sebagai pelopor transformasi industri hijau petrokimia.
"Di green amonia kita akan melakukan pengembangan-pengembangan yang insyaallah pada saatnya nanti akan kita sampaikan," tutur Rahmad.
Sebagai informasi, di tahun 2022 lalu produksi dari PKT bisa dibilang cukup mentereng. Untuk biaya produksi PKT jadi 4 terendah di dunia, kemudian PKT mencetak laba bersih Rp 14,59 T, kinerja produksi 5,9 juta ton dan penjualannya mencapai 4,15 juta ton.
(prf/ega)