Kasus penipuan sekaligus pembunuhan berkedok penggandaan uang oleh salah seorang dukun di Banjarnegara, Slamet Tohari alias Mbah Slamet bikin heboh. Pelaku diduga telah menghabisi sebanyak 12 orang kliennya yang datang untuk minta digandakan uangnya sejak 2020.
Dari kasus ini dapat diambil pelajaran, masyarakat perlu sangat berhati-hati dalam melakukan aktivitas keuangan. Dibandingkan dengan percaya pada dukun bodong hingga berujung maut, masyarakat bisa memilih cara lainnya untuk menggandakan uang secara aman dan legal.
Menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad, ada dua cara legal yang dapat dilakukan masyarakat untuk 'menggandakan' uang tanpa perlu berujung maut seperti mengandalkan praktik perdukunan Mbah Slamet. Pertama yaitu dengan membuat usaha atau bisnis, lalu yang kedua dengan berinvestasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya ada kerja keras. Kalau usaha, bisnis, kerja keras untuk mengembangkan bisnis. Yang kedua itu investasi, memilih investasi yang aman dan legal," kata Teja, saat dihubungi detikcom, Sabtu (8/4/2023).
Untuk investasi sendiri, ada sejumlah instrumen yang dapat dipilih antara lain ada saham, obligasi, reksa dana, deposito, emas, dan lain sebagainya. Teja mengatakan, instrumen investasi yang tengah banyak digandrungi saat ini ialah obligasi.
"Yang sekarang lagi banyak diminati orang itu obligasi ritel Indonesia karena dari sisi amannya jelas, kepastian ada, dari sisi bunga juga dia jauh lebih tinggi dari bunga deposito dengan pajak yang lebih kecil," terangnya.
Di luar itu, saat ini juga banyak orang yang memilih untuk investasi reksa dana maupun melakukan aktivitas trading. Teja mengatakan, biasanya mereka yang berinvestasi di sini mengincar return atau imbal hasil yang lebih tinggi dari obligasi.
Sementara itu, Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan, untuk memperoleh return yang paling tinggi, masyarakat bisa memilih instrumen saham. Namun memang dalam investasi saham juga perlu kehati-hatian yang tinggi sehingga lebih disarankan bagi mereka yang sudah terbiasa.
"Potensi return yang lebih tinggi, pasar saham potensi untungnya masih terbuka. Namun harus sangat memperhatikan resikonya," saat dihubungi terpisah.
Lanjut halaman berikutnya.