Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat inflasi Indonesia sudah mulai melandai di level 4,97% per Maret 2023 (year on year/yoy). Capaian itu lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara bahkan di antara negara G20.
"Inflasi bulan Maret untuk Indonesia mengalami penurunan. Ini hal yang positif, pasti membantu dari sisi persepsi confidence masyarakat untuk melakukan belanja, daya beli masyarakat juga bisa terlindungi kalau inflasi semakin menurun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Senin (17/4/2023).
Sri Mulyani lantas membandingkan inflasi Indonesia dengan negara lain. Berdasarkan bahan paparannya, inflasi Indonesia masih lebih baik dibandingkan Amerika Serikat 5%, Kanada 5,2%, Prancis dan India 5,7%, Singapura 6,3%, Eropa dan Meksiko 6,9%, serta Afrika Selatan 7%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian inflasi Jerman 7,4%, Filipina 7,6%, Italia 7,7% Australia 7,8% dan Inggris 10,4%. Bahkan inflasi Argentina tembus 104,3% dan Turki 50,5%.
"Inflasi di negara-negara lain masih sangat struggle. Kalau kita lihat banyak yang di atas 5% atau bahkan dalam hal ini seperti inflasi di Argentina, di Turki yang semuanya dalam luar biasa sangat tinggi yaitu di Argentina bahkan di atas 100% dan di Turki di atas 50%," bebernya.
Meski begitu, inflasi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Brazil 4,7%, Korea Selatan 4,2%, Malaysia 3,7%, Rusia 3,5%, Vietnam 3,4%, Jepang 3,3%, Thailand 2,8%, Arab Saudi 2,7%, dan Tiongkok hanya 0,7%.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi indeks harga konsumen (IHK) secara tahunan turun menjadi 4,97% (yoy) dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,47% (yoy). Perkembangan itu tidak terlepas dari respons kebijakan moneter Bank Indonesia serta sinergi pengendalian inflasi antara pemerintah dan daerah.
Secara tahunan inflasi inti Maret 2023 tercatat sebesar 2,94% (yoy), kelompok volatile foods secara tahunan mengalami penurunan inflasi jadi 5,83% (yoy), serta inflasi kelompok administered prices turun jadi 11,56% (yoy).
(aid/zlf)