Tingkat fertilitas atau kelahiran di Korea Selatan anjlok. Dana US$ 212 miliar atau Rp 3.137 triliun (kurs Rp 14.800) yang dikeluarkan pemerintah dalam 15 tahun terakhir tidak banyak membantu.
Kini, Korea Selatan lebih banyak merekrut tenaga kerja dari luar negeri. Mengutip Nikkei Asia, Selasa (18/4/2023), dengan angka kelahiran yang terus turun, ekonomi Korea Selatan bisa tergeser oleh Indonesia dan Nigeria pada 2050.
Korea Selatan juga bisa keluar dari 15 besar ekonomi terbesar dunia. Asumsi lainnya, negara ini bisa saja lenyap pada 2750 jika tingkat kelahiran menurun secepat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita Korea Selatan selama hidupnya mencapai rekor terendah 0,78 pada 2022. Di Seoul, jumlahnya 0,59.
Sementara itu, konglomerat mendominasi ekonomi Korea Selatan, namun 99% perusahaan lokal berskala kecil. Masalahnya, gaji rendah yang mereka tawarkan namun menguras tenaga kurang dilirik pemuda Korea Selatan.
Akibatnya sektor pertanian, peternakan dan perikanan, dan industri manufaktur tidak dapat menemukan tenaga kerja yang cukup. Sekarang pemerintah mencari lebih banyak pekerja asing.
Korea Selatan memiliki 49.000 warga negara asing (WNA) yang tinggal lama pada 1990. Jumlah penduduk asing meningkat menjadi 2,52 juta pada akhir 2019, yang merupakan 4,9% dari populasi sekitar 51 juta. .
Sekitar 40% dari orang asing ini merupakan orang China, kebanyakan orang keturunan Korea. Orang China-Korea sangat diminati karena mereka berbicara dalam bahasa yang sama dan berbagi pola makan yang sama. Vietnam membentuk kelompok terbesar kedua, diikuti oleh Thailand.
Pada 2004, Korea Selatan mulai menerima pekerja asing berketerampilan rendah. Di bawah program tersebut, pemerintah mengontrol seluruh proses perekrutan, menempatkan mereka dalam pekerjaan, lalu mengirim mereka kembali ke negara asal mereka.
Program ini mencakup berbagai wilayah dan sektor, termasuk manufaktur, konstruksi, pertanian dan peternakan, jasa, dan perikanan. Korea Selatan telah menyiapkan berbagai cara untuk membantu pekerja asing menjadi penduduk tetap.
Tenaga kerja asing kini dapat memperoleh domisili hukum atau status penduduk tetap melalui perkawinan internasional, yang menjadikan mereka imigran resmi. Jumlah pernikahan antara pekerja asing dan warga negara Korea Selatan meningkat tajam sejak tahun 2000, dengan satu dari 10 pernikahan kini melibatkan orang asing, yang kebanyakan orang Cina atau Vietnam.
Ketika warga negara yang dinaturalisasi menikah lagi dengan orang asing setelah perceraian atau kematian pasangan, pasangan baru secara otomatis menjadi warga negara Korea Selatan. Jumlah pria dari Asia Tenggara yang memperoleh kewarganegaraan dengan cara ini meningkat tajam.
(ara/ara)