CEO Meta Mark Zuckerberg terus merugi dari investasi pembangunan metaverse-nya. Padahal sejauh ini ia sudah memotong biaya kebutuhan divisi lain di perusahaan.
Mengutip dari CNBC, Kamis (27/4/2023) dalam laporan kuartal I-2023, Meta mengatakan unit Reality Labs mencatat kerugian operasional sebesar US$ 3,99 miliar atau setara Rp 59,1 triliun (kurs Rp 14.830/US$). Reality Labs itu sendiri divisi yang membangun realitas virtual dan teknologi augmented reality untuk metaverse futuristik.
Pendapatan dari unit tersebut hanya menghasilkan pendapatan US$ 339 juta selama kuartal tersebut. Jumlah itu sangat kecil untuk sebuah perusahaan yang menghasilkan puluhan miliar dolar per kuartal dalam penjualan iklan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun sebenarnya, kerugian dari unit tersebut menurun dari kuartal IV-2022 lalu. Saat itu kerugian tercatat hingga US$ 4,28 miliar. Hanya saja, pendapatan juga menurun dari sebelumnya US$ 727 juta. Sepanjang tahun lalu, Reality Labs mencatat kerugian operasional sebesar US$ 13,72 miliar dari penjualan U$S 2,16 miliar.
Metaverse memang jadi buah bibir yang akan digadang-gadang menjadi dunia baru. Zuckerberg termasuk orang yang menggembar-gemborkan proyek itu.
Meski Meta mengalami penurunan pendapatan, Zuckerberg masih terus memompa miliaran dolar ke dalam metaverse. Terutama setelah mengubah namanya dari Facebook menjadi Meta pada akhir 2021.
Teknologi metaverse sendiri terkenal dengan alat bernama headset VR. Catatan yang diterima CNBC Internasional, penjualan alat akses metaverse itu di AS turun 2% dari tahun ke tahun pada awal Desember 2022.
Pada bulan Maret, Meta juga memotong harga headset Quest 2 VR serta Quest Pro kelas atas. Quest 2 sekarang berharga US$ 70 lebih murah dari sebelumnya, dijual seharga US$ 430, sedangkan harga Quest Pro dikurangi US$ 500 menjadi US$ 1.000.
(ada/dna)