Keterampilan Minim, 'Perantau Nekat' Terus Tambah Pengangguran di Kota

Keterampilan Minim, 'Perantau Nekat' Terus Tambah Pengangguran di Kota

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 28 Apr 2023 16:41 WIB
Pengangguran
Ilustrasi/Foto: Fuad Hasim
Jakarta -

Kota besar seperti Jakarta masih menjadi daya tarik warga desa untuk mengadu nasib. Alhasil, fenomena urbanisasi atau perpindahan dari desa ke kota marak terjadi, apalagi usai Lebaran.

Plt. Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Kementerian Ketenagakerjaan, Ismail Pakaya mengatakan angka pengangguran di kota saat ini lebih tinggi dibanding di desa. Keterampilan sumber daya manusia (SDM) yang minim ikut berkontribusi terhadap jumlah pengangguran ini.

"Angka pengangguran di kota itu lebih tinggi dibanding pengangguran di desa. Jika dihubungkan dengan urbanisasi, memang yang pindah ke kota itu kebanyakan tidak mempunyai keterampilan dan kualifikasi atau kompetensi yang memadai pada saat mereka pindah ke kota," katanya dalam acara d'Mentor detikcom, dikutip Jumat (28/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ismail menambahkan, jumlah perantau yang kurang dibekali persiapan akan menambah jumlah pengangguran. Apalagi di 3 provinsi besar di Indonesia, seperti DKI, Jawa Barat, dan Banten.

"Ini indikasinya yang pindah dari desa ke kota tertua Jakarta dan penyangga rata-rata akan menambah jumlah pengangguran yang ada di 3 provinsi besar. Padahal dari sisi usaha, ekonomi, 3 wilayah ini punya potensi ekonomi besar, DKI Jabar Banten," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Usia pengangguran didominasi kalangan produktif antara 15-30 tahun. Meskipun, Ismail menyebut kebutuhan pilihan pekerjaan cukup terbatas.

"Dari struktur pengangguran yang ada masih didominasi oleh 15-30 tahun, kalau kita gabungkan. Jadi yang pindah itu pun adalah kalau kita lihat pertambahan pengangguran di 3 provinsi ini usia muda usia produktif. Memang di desa itu, pilihan usahanya terbatas, pilihan lowongan pekerjaan terbatas," bebernya.

Sementara itu, Ekonom Core Indonesia, Yusuf Rendy menyebut dana desa mesti dioptimalkan. Misalnya untuk mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk dialihkan ke sektor produktif.

"Dioptimalkan dana desa, kan dananya ada peningkatan anggaran terjadi tiap tahun. Saya pikir potensinya besar untuk dimanfaatkan sektor-sektor yang produktif mengembangkan BUMDES badan usaha milik desa. BUMDES ini belum tergali potensinya secara lebih optimal. Dari dana desa bisa dialihkan ke sektor-sektor produktif," pungkasnya.

(eds/eds)

Hide Ads