Kisah Pengusaha Madu Siantar Sukses Berdayakan Masyarakat

Kisah Pengusaha Madu Siantar Sukses Berdayakan Masyarakat

Inkana Putri - detikFinance
Minggu, 30 Apr 2023 08:26 WIB
Kisah Pengusaha Madu Siantar yang Sukses Berdayakan Masyarakat
Foto: Dok. BRI
Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus mendorong pengembangan UMKM di Indonesia melalui bantuan akses permodalan. Bantuan ini pun turut dirasakan oleh Aam Hasanudin (56) dan Sabariah Harahap (54) pengusaha madu lebah ternak di Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Berkat bantuan modal dari BRI, pasangan suami istri ini mampu memberdayakan dan mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat di Pematang Siantar. Aam mengatakan secara pribadi dirinya sudah menggeluti usaha peternakan lebah madu sejak 1987.

"Kemudian dari situ saya berpikir memanfaatkan areal di belakang rumah dan akhirnya istri saya, saya bina jadi peternak juga. Pada 1993 mulai kami rintis peternakan lebah madu di belakang rumah," ujar Aam dalam keterangannya, Minggu (30/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seiring berjalannya waktu, Aam mengatakan peternakan lebah madu yang diberi nama Flora Aek Nauli miliknya mulai dikenal masyarakat. Tak hanya itu, jumlah masyarakat yang dididik oleh Aam untuk beternak lebah madu pun semakin banyak. Alhasil, peternakan lebah madu miliknya kerap dikunjungi oleh berbagai instansi.

Sabariah menjelaskan sejak 1993, Aam kerap melakukan penyuluhan dan pelatihan terkait ternak lebah madu dan madu murni ke masyarakat sekitar. Namun di sisi lain, masyarakat yang mengikuti pelatihan sering bertanya soal cara pemasaran madu.

ADVERTISEMENT

"Dari situ jiwa bisnis saya timbul, kenapa tidak kami tampung madu yang dipanen masyarakat. Saya tadinya jualan pakaian. Kemudian saya berpikir kenapa tidak fokus di madu saja," paparnya.

Menurut Sabariah, dengan fokus pada peternakan lebah madu, dirinya dan suami memiliki dua keuntungan. Di samping bisa berbisnis, mereka juga dapat menyalurkan idealisme melalui edukasi pengembangan usaha perlebahan.

Sabariah mengatakan usaha miliknya dan sang suami pun kian dikenal. Mereka juga kerap mengikuti pelatihan dan pengembangan UMKM di Pematang Siantar dan pameran produk segmen usaha lebah madu.

Dalam memasarkan produknya, Aam dan Sabariah membuat galeri di depan rumah dan memasarkannya kepada komunitas pengajian yang memiliki koperasi.

Meski usahanya telah dikenal banyak orang, Sabariah dan Aam melebarkan usahanya pada tahun 2018 melalui pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI sebesar Rp 250 juta.

"Untuk mengambil lahan di daerah Simalungun sampai 1 hektare. Serta untuk pengembangan lebah," ungkap Sabariah.

Sabariah mengaku Flora Aek Nauli kini telah memiliki pasar yang semakin luas. Bahkan, dirinya juga telah melakukan pemasaran secara digital.

Namun, Sabariah menyebut produk madunya masih dipasarkan di sekitar Pematang Siantar saja. Pasalnya, mereka hanya memasarkan produk madu hasil peternakan sendiri dan dari binaan sang suami.

Adapun dalam satu bulan, peternakannya bisa memproduksi 500 kg madu per bulan. Sedangkan pasokan dari peternakan binaan Aam bisa mencapai 300 kg hingga 500 kg per bulan.

"Kalau kita paceklik di sini, kebutuhan bisa dipenuhi oleh peternak binaan. Sehingga pasokannya insyaallah tidak pernah kosong," imbuhnya..

Soal pengembangan usaha ke depan, Sabariah berharap BRI bisa melakukan pemberdayaan secara berkesinambungan, terutama terkait pemasaran dan promosi. Dengan demikian, usaha lebah madu miliknya kelak bisa menjadi tujuan wisata edukasi di sekitar kediamannya.

Sementara itu, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan peningkatan kapabilitas pemberdayaan UMKM berkaitan dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang tak bisa dihindari, terlebih pasca pandemi COVID-19.

Dalam peningkatan kapabilitas pemberdayaan, kata Supari, setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan. Pertama adalah literasi dasar yang mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar. Kedua, mendesain literasi bisnis.

"Dalam hal ini melalui peningkatan kapasitas manajerial, membangun legalitas atau kepatuhan, mengembangkan budaya inovasi, membentuk pemahaman industri dan pasar, hingga membentuk kepemimpinan dan pola pikir jangka panjang untuk meningkatkan skala usaha. Ketiga adalah literasi digital kepada UMKM dengan tujuan go digital, go modern, dan go global," pungkas Supari.

(akd/ega)

Hide Ads