Muncul Fenomena Social Commerce Usai 'Demam' e-Commerce, Apa Itu?

Muncul Fenomena Social Commerce Usai 'Demam' e-Commerce, Apa Itu?

Almadinah Putri Brilian - detikFinance
Jumat, 05 Mei 2023 15:23 WIB
Online payment. Hands of woman using mobile smartphone and laptop computer for online shopping.
Ilustrasi/Foto: iStock
Jakarta -

Sosial media kini tak lagi hanya digunakan untuk bercengkrama dengan teman-teman secara daring atau online. Belakangan, ramai orang-orang yang mulai berjualan di sosial media, contohnya seperti di Instagram hingga Tiktok, bukan lagi di toko online (e-commerce).

Fenomena ini menimbulkan adanya istilah social commerce. Dikutip dari Shopify, Jumat (5/5/2023), social commerce adalah penggunaan platform sosial media seperti Facebook maupun Instagram untuk menjajakan dan menjual produk maupun jasa.

Social Commerce menjadi booming karena banyaknya pengguna sosial media. Meski demikian, penggunaan social commerce berbeda dari strategi pemasaran sosial media pada umumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umumnya dalam strategi pemasaran, sosial media digunakan supaya orang-orang dapat melihat produk atau jasa yang diinginkan. Barulah mereka mengunjungi website untuk berbelanja. Namun, dengan social commerce, para pengguna sosial media bisa langsung berbelanja di sana. Contohnya seperti TikTok Shop dan Instagram Shop.

Pengamat Brand dan Pemasaran Yuswohady menggambarkan belanja di social commerce ini seperti arisan. Di mana orang membeli produk dari orang-orang yang sudah dikenalnya.

ADVERTISEMENT

"Artinya kita udah kenal semuanya dan ini adalah komunitas kita. Akun sellernya ini, penjual, akun media sosial ini milik dia. Account-nya di kita (penjual), database-nya di kita, customer-nya juga deket ke kita," tuturnya kepada detikcom, Jumat (5/5/2023).

Hal ini, kata Yuswohady, dapat membuat pembeli percaya karena yang menjual adalah orang yang dikenalnya. Bahkan menurutnya, untuk membangun brand akan lebih baik dilakukan melalui social commerce.

"Sekarang ini marketing mengumpulkan community, community of customer. Follower-nya harus nambah terus, engagement-nya harus nambah terus, itu kan kalau followers-nya makin lama makin nambah akan membentuk community. Nah, community ini yang kita jual ke mereka produk kita," paparnya.

(ara/ara)

Hide Ads