Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen bersikeras kalau plafon utang AS harus segera ditingkatkan. Kalau tidak, kekacauan dan malapetaka ekonomi berpotensi terjadi.
Melansir dari CNBC, Selasa (9/5/2023), Yellen mengatakan, kegagalan dalam meningkatkan plafon utang ini dapat menyebabkan penurunan pengeluaran konsumen secara drastis sehingga ekonomi tidak akan berputar dan negara pun kekurangan uang.
"Kondisi ini adalah sesuatu yang dapat menghasilkan kekacauan keuangan, secara drastis akan mengurangi jumlah pengeluaran (konsumen), termasuk penerima Jaminan Sosial, veteran, serta orang-orang yang mengandalkan uang dari pemerintah yang berutang, kontraktor. Kita hanya tidak akan memiliki cukup uang untuk membayar tagihan," ujar Yellen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanggapan Yellen tersebut muncul sebagai kebuntuan politik atas meningkatnya utang AS hingga US$ 31,4 triliun atau setara Rp 471 ribu triliun (kurs Rp 15.000/US$), sudah menyentuh batas maksimalnya. Kondisi ini pun mendorong Departemen Keuangan semakin dekat dengan skenario terburuk yakni dinyatakan gagal bayar utang alias default.
Oleh karena itu, demi menghindari kondisi default utang, Kongres harus memilih untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utangnya sebelum bendahara negara itu kehabisan dana darurat. Namun sayangnya, kesepakatan pun belum terbentuk hingga saat ini. Padahal, tidak banyak waktu yang tersisa.
"Ada sebuah kesenjangan yang sangat besar antara di mana posisi presiden dan di mana Republik dalam hal meningkatkan plafon utang," katanya.
Sementara itu, pada minggu ini Bendahara Negara dan Kantor Anggaran Kongres merilis laporan baru. Diprediksikan, upaya-upaya dalam menahan utang ini hanya dapat bertahan hingga 1 Juni tahun ini. Lebih cepat dibandingkan prediksi para ekonom Wall Street maupun Gedung Putih.
Adapun pada hari Selasa pekan depan, Biden akan menjadi tuan rumah pertemuan bersama dengan empat pemimpin utama Kongres yaitu Ketua DPR Kevin McCarthy, R-Calif, Pemimpin Minoritas House Hakeem Jeffries, D-N. Y., Pemimpin Senat Chuck Schumer, D-N. Y., dan Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, R-Ky.
"Kami berharap, pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sejauh ini, Partai Republik menolak untuk menyetujui pendakian langit-langit utang kecuali disertai dengan pemotongan untuk pengeluaran federal," ujarnya.
Sementara itu, para ekonom sendiri berpandangan bahwa kondisi default, bahkan walau hanya sebentar, akan mengirim gelombang kejut melalui pasar ekuitas dan mengirim suku bunga melonjak.
Kepala ekonom Moody's Analytics, Mark Zandi mengatakan, pasar pendanaan jangan pendek, yang sangat penting bagi aliran kredit dan membantu dalam hal pembiayaan ekonomi sehari-hari, kemungkinan akan ditutup juga jika terjadi default.
Tidak hanya itu, krisis plafon utang ini juga telah memaksa Yellen untuk mempersingkat perjalanannya ke Jepang minggu ini untuk menghadiri pertemuan menteri keuangan G-7 dan para bankir pusat.
Lihat juga Video: Stasiun TV Korut Kecam Kunjungan Kenegaraan Presiden Korsel ke AS