Seberapa Efektif Larangan Truk Obesitas Dongkrak Daya Saing?

Seberapa Efektif Larangan Truk Obesitas Dongkrak Daya Saing?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 11 Mei 2023 14:12 WIB
Petugas gabungan menggelar ramp check (inspeksi keselamatan) kendaraan di Tol Jagorawi Km 45 yang mengarah ke Bogor. Truk ODOL terjaring petugas. (Rizky AM/detikcom)
Foto:Truk ODOL terjaring petugas. (Rizky AM/detikcom)
Jakarta -

Pemerintah berencana untuk melakukan kebijakan pemberantasan truk tambun yang kelebihan bobot dan muatan alias zero Over Dimension dan Over Loading (ODOL). Saat ini sosialisasi mengenai zero ODOL terus dilakukan.

Namun para pengusaha menilai kebijakan tersebut tidak berdampak langsung terhadap daya saing produk Indonesia.

Menurut Ketua Bidang Perhubungan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Carmelita Hartoto untuk bisa menjadi kompetitif itu harus juga disertai dengan perbaikan kinerja-kinerja lainnya seperti perbaikan infrastruktur jalan yang rusak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pembebasan truk ODOL tidak otomatis membuat produk kita menjadi kompetitif dan meningkatkan daya saing internasional. Harus disertai perbaikan kinerja-kinerja yang lain meskipun memang pembebasan truk ODOL itu akan mengurangi resiko kecelakaan," kata Carmelita dalam keterangannya, Kamis (11/5/2023).

Menurutnya, dengan masih tingginya biaya logistik di Indonesia, produk-produk dari Indonesia pun akan sulit bersaing dengan produk dari negara lain. "Masih tingginya biaya logistik di Indonesia lah yang menyebabkan produk-produk Indonesia kurang kompetitif dibanding dengan produk barang sejenis dari negara lain," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Carmelita mengutarakan bahwa masih tingginya biaya logistik di Indonesia itu tidak bisa dianalisa dengan pengamatan sesaat, tapi harus melalui investigasi komprehensif dan terukur yang disertai bukti-bukti yang aktual. Disebutkan, Logistics Performance Index yang dirilis oleh World Bank merujuk ada beberapa indikator yang bisa mempengaruhi kenaikan biaya logistik dan salah satunya adalah kualitas infrastruktur jalan.

"Jadi, dengan kualitas infrastruktur jalan yang rusak, itu menjadi salah satu yang menyebabkan masih tingginya biaya logistik di Indonesia," ucapnya.

Seperti diketahui, peringkat Logistik Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023 berada di angka 3.0 atau menempati posisi ke 63 di dunia berdasarkan data laporan World Bank baru-baru ini.

Berdasarkan data itu, Score LPI Indonesia masih berada di bawah Chile, Vietnam, Filipina maupun Brazil. Bahkan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Singapura yang menempati urutan score tertinggi LPI versi World Bank yakni 4.3 dan Hongkong dengan score 4.0.

Kinerja logistik Indonesia juga kalah dengan negara tetangga lainnya seperti Malaysia yang memiliki score 3.1 dan Thailand dengan score 3.5.

Namun, dia tidak sependapat jika keberadaan truk ODOL selalu dituding sebagai penyebab rusaknya infrastruktur jalan-jalan nasional. Menurutnya, rusaknya infrastruktur jalan di Indonesia itu tidak bisa dilihat dari satu perspektif saja.

"Kerusakan infrastruktur jalan itu harus dianalisa dan diukur penyebabnya. Berapa persenkah yang disebabkan oleh ODOL dan berapa persen yang diakibatkan dari buruknya pemeliharaan atau rendahnya kualitas infrastruktur jalan tersebut," cetusnya.

Dia mengatakan Indonesia sangat luas dan masih banyak diperlukan perbaikan infrastruktur untuk mendukung arus logistik. Bukan hanya di Jawa dan Sumatera, tapi juga di seluruh pelosok tanah air dan dari sentra industri ke pelabuhan. "Jika infrastruktur jalan kita sudah baik, biaya logistik juga akan turun dengan sendirinya, begitu juga dengan daya saing produk kita otomatis akan bisa bersaing dengan negara lain," tukasnya.

(das/das)

Hide Ads