Maskapai Etihad Airways dan Emirates Airlines kabarnya akan merger. Rumor keduanya akan melakukan merger ternyata sudah lama dibahas terutama pada saat pandemi COVID-19 saat ekonomi tengah terpuruk.
Rumor itu kembali mencuat setelah kedua penerbangan raksasa asal Uni Emirat Arab (UEA) itu menyepakati kesepakatan 'interline' di awal bulan ini. Kesepakatan itu adalah langkah awal yang diambil dua maskapai untuk membangun kerja sama.
Mengutip CNN, Sabtu (13/5/2023) namun potensi mergernya dua maskapai itu diragukan oleh pengamat penerbangan. Menurut Addison Schonland, partner di konsultan AirInsight Group, kesepakatan interline itu sebuah perjanjian untuk kemudahan dan perluasan penerbangan pada pariwisata dalam negeri.
Langkah perjanjian 'interline' dari sudut pandang penumpang, memudahkan saat melakukan penerbanngan. Misalnya, seorang penumpang terbang terhubung antara maskapai A ke maskapai B, dengan interlining bagasi penumpang itu hanya didaftarkan saja di maskapai A.
Jadi, tidak perlu mengambilnya di bandara penghubung untuk kemudian mendaftarkannya lagi dengan maskapai B. Perjanjian interline ini juga akan memfokuskan untuk kemudahan jalur penerbangan.
"Pelanggan yang bepergian ke UEA juga memiliki opsi 'penerbangan multi-kota', dengan pilihan untuk bepergian dari satu kota di jaringan kedua operator, dan dengan mudah kembali ke titik lain yang dilayani oleh Emirates atau Etihad," kata maskapai kedua maskapai itu.
Sebagai informasi, Emirates dan Etihad sama-sama maskapai penerbangan berbendera UEA.
Emirates, didirikan pada tahun 1985, berbasis di Dubai dan merupakan salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia. Sementara, Etihad lebih baru, didirikan pada tahun 2003 dan berbasis di Abu Dhabi.
Bandara Internasional Dubai dan Bandara Internasional Abu Dhabi berjarak kurang dari 150 kilometer (100 mil) dan berkendara di antara keduanya memakan waktu sekitar 75-90 menit tergantung lalu lintas.
(ada/hns)