Zulhas menegaskan, kunjungan ke perusahaan importir Mesir dan eksportir Indonesia merupakan agenda penting dari rangkaian kegiatan misi dagang yang dilaksanakan Kemendag. Menurutnya, agenda tersebut merupakan wujud nyata komitmen Kemendag dalam mendorong pertumbuhan kinerja ekspor nonmigas nasional, termasuk makanan olahan dan bahan pangan lainnya. Lebih lanjut, ia menuturkan, Indonesia akan menjadi salah satu negara tujuan utama para buyer dalam mengidentifikasi pemasok produk-produk primer dan makanan olahan yang terpercaya sebagai mitra dagang.
"Keunggulan produk makanan Indonesia yang dapat mendongkrak nilai jualnya di matabuyersalah satunya adalah kehalalannya. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, konsep halal produk Indonesia sudah tidak diragukan masyarakat Mesir," imbuhnya.
Mesir merupakan hub perdagangan atau pintu masuk perdagangan ke negara-negara lain di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, sehingga peluang pasar yang tersedia pun bertambah luas. Ia berharap, produsen makanan dan bahan pangan dari Indonesia dapat mencermati dan memanfaatkan potensi pasar tersebut. Terlebih dengan telah ditandatanganinya Joint Trade Commission (JTC) antara Indonesia dan Mesir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui JTC, peluang eksportir Indonesia untuk merambah pasar Mesir dan sekitarnya semakin terbuka. Jadi, silahkan dimanfaatkan peluang beserta kesempatan yang ada. Jangan ragu untuk menghubungi kami di Kemendag atau menghubungi pihak KADIN maupun business council di kedua negara," jelas Mendag Zulkifli Hasan.
Zulhas mengatakan, jumlah penduduk Mesir per 2022 mencapai 110 juta jiwa. Dengan populasi sebanyak itu, peluang pasar makanan dan minuman Indonesia sangat besar untuk memenuhi kebutuhan Mesir terhadap pangan. Ia menambahkan, Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut terlebih dengan sumber daya yang melimpah.
Wakil CEO Salim Wazaran Group, Ahmad Muafi menyampaikan, Indomie saat ini memiliki dua pabrik di Mesir. Pabrik tersebut dibangun pada 2009 dan 2020 dengan total 12 lini produksi yang memproduksi 160 juta bungkus Indomie per bulan.
"Ke depannya, Indomie berencana membangun pabrik ketiga di Mesir," ujar Ahmad.
Pada Januari-Maret 2023, perdagangan kedua negara telah mencapai US$ 432,90 juta. Pada periode tersebut, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 379,40 juta dan impor senilai USD 53,50 juta. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 325,80 juta. Berdasarkan data terbaru, komoditas ekspor utama dari Indonesia ke Mesir, yaitu crude palm oil (CPO) dan turunannya, kopi, benang dari serat stable artifisia, kayu dan barang dari kayu, kertas, bahan kimia organik, makanan olahan, serta karetdan barang dari karet.
Sedangkan, total perdagangan tahun 2022 sebesar US$ 1,57 miliar. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke Mesir sebesar US$ 1,34 miliar dan impor Indonesia dari Mesir sebesar US$ 0,23 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 1,11 miliar. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2018-2022), perdagangan kedua negara menunjukkan tren positif 11,21%.
Kembali ke Zulhas, ia pun mengajak para pelaku usaha Indonesia dan Mesir untuk terus berkolaborasi. Ia berharap dengan kunjungan kerja ini dapat memunculkan ide-ide baru untuk pengembangan bisnis para pelaku usaha Indonesia di kancah global.
Zulhas mengajak para pelaku usaha Indonesia dan Mesir untuk terus berkolaborasi. "Mari berkolaborasi demi peningkatan nilai perdagangan kedua negara, sekaligus mendorong ekspor nonmigas Indonesia ke Mesir," pungkasnya.
(ara/ara)