Jatuhnya nilai Treasuries akan menyebabkan penurunan cadangan devisa Jepang dan China. Artinya mereka akan memiliki lebih sedikit uang yang tersedia untuk membayar impor penting, melunasi utang luar negeri, atau menopang mata uang nasional mereka.
Namun demikian, "risiko nyata" berasal dari kejatuhan ekonomi global dan kemungkinan resesi AS yang dipicu oleh default atau gagal bayar utang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu menjadi perhatian serius bagi semua negara tetapi menimbulkan risiko khusus bagi pemulihan ekonomi China yang rapuh," kata Lipsky dan Meng.
Setelah lonjakan aktivitas awal setelah pencabutan pembatasan pandemi secara tiba-tiba akhir tahun lalu, ekonomi China sekarang tersendat karena konsumsi, investasi, dan output industri semuanya menunjukkan tanda-tanda melambat.
Tekanan deflasi semakin memburuk karena harga konsumen hampir tidak bergerak beberapa bulan terakhir. Kekhawatiran utama lainnya adalah melonjaknya tingkat pengangguran kaum muda, yang mencapai rekor 20,4% pada bulan April.
Perekonomian Jepang, sementara itu, baru menunjukkan tanda-tanda bangkit dari stagnasi dan deflasi, yang telah menghantui negara itu selama beberapa dekade.
(hns/hns)