Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto hadir dalam acara IPEF-Ministerial Conference, Sabtu (27/5) kemarin. Pertemuan tahun ini merupakan yang kedua setelah pertemuan tingkat menteri pertama di Los Angeles pada tanggal 8-9 September 2022.
Saat menjadi pembicara, Airlangga menyampaikan keinginan Indonesia agar isu Critical Minerals dapat dimasukkan dalam pembahasan Pilar I IPEF.
Sebagaimana diketahui, terdapat empat pilar utama dalam IPEF, yaitu Pilar I Perdagangan (Trade), Pilar II Rantai Pasokan (Supply Chain), Pilar III Ekonomi Bersih (Clean Economy), dan Pilar IV Ekonomi Adil (Fair Economy).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia siap ikut serta dalam pembahasan Critical Minerals sebagai salah satu prioritas pembahasan dalam Pilar I IPEF," ungkap Airlangga dalam keterangan tertulis, Minggu (28/5/2023).
Negara-negara anggota IPEF lain juga mendukung masuknya isu critical minerals dalam pembahasan Pilar I. Bahkan, Menteri dari 7 Negara ASEAN yang hadir sepakat mendukung usulan Airlangga. Selain direspons positif oleh 7 negara ASEAN, usulan tersebut juga mendapatkan respons positif oleh Australia.
Dalam pembahasan perundingan IPEF tahun ini, topik Critical Minerals telah mencuat menjadi salah satu pembahasan utama. Sejumlah negara anggota IPEF memiliki agenda mengembangkan rantai pasok global dalam kawasan Indo-Pasifik, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta keamanan energi global.
Airlangga pun menyampaikan bersama negara-negara Anggota ASEAN yang menjadi anggota IPEF, akan mendukung upaya untuk meningkatkan perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka, melalui kerangka kerja sama IPEF.
"Sebagai Ketua ASEAN tahun 2023, misi Indonesia adalah mencapai pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif dalam jangka panjang, dan terwujudnya IPEF ini akan memperkuat upaya untuk mencapai tujuan tersebut," imbuh Airlangga.
IPEF diharapkan memberikan manfaat nyata seperti peluang baru bagi UMKM, peningkatan upah, dan penurunan harga. Airlangga juga menyampaikan Indonesia telah menawarkan Bali Initiative for Tangible Benefits yaitu sebuah inisiatif bersama sejumlah negara anggota IPEF yang berisikan langkah-langkah praktis dan konkret untuk membangun kapabilitas yang diperlukan dalam mewujudkan IPEF.
Bali Initiative terwujud di sela-sela perundingan IPEF kedua di Bali pada bulan Maret 2023, dan disusun bersama oleh tujuh negara anggota IPEF yakni Brunei, Fiji, Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia dan Vietnam.
Sementara itu, United States Trade of Representative (USTR) Ambassador Katherine Tai berharap sejumlah chapters atau bab dalam Pilar I dapat disepakati sebelum IPEF Leaders Meeting pada bulan November 2023. Beberapa Bab pada Pilar I tersebut meliputi Trade Facilitation, Technical Assistance and Economic Cooperation, Good Regulatory Practices dan Service Domestic Regulations.
Ambassador Tai menyampaikan AS ingin mendalami isu Critical Minerals dalam perundingan di Pilar I IPEF, dan berharap peran aktif negara-negara anggota IPEF dalam pembahasan tersebut ke depannya. Melalui IPEF, AS berharap dapat mewujudkan ketersediaan Critical Minerals antar negara anggotanya.
Perhelatan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) Ministerial Conference telah diselenggarakan pada tanggal 26-27 Mei 2023 di Detroit, Amerika Serikat, merupakan pertemuan Tingkat Menteri antara 14 negara mitra yang telah tergabung dalam Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) - yang mewakili lebih dari 40% ekonomi dunia dan 28% perdagangan barang dan jasa secara global.
Menutup pertemuan, Pemerintah Amerika Serikat berharap kajian hukum atau legal scrubbing terhadap perjanjian Pilar I IPEF dapat segera diselesaikan, dan negara partisipan dapat terus mewujudkan proses perundingan yang konstruktif dan inklusif, sebagaimana tujuan awal IPEF.
Usai penyelenggaraan IPEF-Ministerial Conference di Detroit ini, agenda pertemuan IPEF selanjutnya adalah perundingan putaran keempat yang akan berlangsung di Busan, Korea Selatan, pada tanggal 8-15 Juli 2023.
(anl/ega)