Memahami Gagal Bayar Utang AS yang Dampaknya Bikin Ngeri

Memahami Gagal Bayar Utang AS yang Dampaknya Bikin Ngeri

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 30 Mei 2023 07:12 WIB
US President Joe Biden holds a joint press conference with Canadas Prime Minister Justin Trudeau, not pictured, at the Sir John A. Macdonald Building in Ottawa, Canada, on March 24, 2023. (Photo by ANDREJ IVANOV / AFP)
Foto: AFP/ANDREJ IVANOV
Jakarta -

Amerika Serikat (AS) terancam gagal bayar utang atau default. Jika AS benar-benar gagal bayar maka akan berdampak ngeri pada perekonomian negara.

Sebelum mengetahui apa saja dampaknya, apa sih yang dimaksud dengan gagal bayar utang ini?

Direktur Segara Institute Piter Abdullah menjelaskan, secara terminologi gagal bayar utang adalah ketika debitur tak mampu menepati jadwal pembayaran kepada kreditur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun dalam hal utang pemerintah AS, saat ini berbentuk surat berharga atau bonds bernama Treasury Bills. Jadi pemerintah harus membayar kupon-kupon kepada para pemegang surat utang tersebut.

"Dari kupon itu pasti ada yang jatuh tempo, nah pokok utangnya harus dibayar, pasti setiap bulan ada yang harus dibayar," kata dia kepada detikcom, Selasa (29/5/2023).

ADVERTISEMENT

Piter mengungkapkan, saat ini sumber pembiayaan pemerintah AS masih dari anggarna pendapatan dan belanja negara (APBN). Nah yang menjadi masalah adalah ketika APBN belum diketok atau disetujui oleh parlemen, artinya pemerintah tak punya uang dan tak bisa membayar cicilan pokok, utang dan bunga. "Itu artinya default. Dalam hal ini sebenarnya bukan gagal bayar keseluruhan, tapi gagal bayar untuk periode ini," ujar Piter.

Menurutnya untuk gagal bayar ini memang lebih ke isu politik. Apalagi saat ini persaingan antara partai Demokrat dan partai Republik ini semakin sengit.

Lalu bagaimana pembahasan penyelesaian utang negara ini di parlemen? Buka halaman selanjutnya.

Lihat juga Video: Deklarasi Capres AS Ron DeSantis Alami Gangguan Saat Live di Twitter

[Gambas:Video 20detik]

Pasti Disetujui

Namun, dipastikan jika pengajuan pagu utang oleh pemerintah AS ini pasti akan disetujui. "Awalnya ditolak, ujung-ujungnya pasti disetujui. Drama saja dulu, mereka nggak mungkin mau menyakiti dirinya sendiri," ujarnya.

Dia menyebutkan jika saat ini AS memiliki previlige luar biasa sehingga tak ada batasan untuk mencetak uang. Sehingga tak ada batasan untuk membayar utang. Apalagi dolar AS merupakan mata uang yang sangat dipercaya di dunia.

Ekonom, Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto mengungkapkan pemerintah AS mengajukan kenaikan pagu utang untuk menghindari gagal bayar.

"Jadi istilahnya gali lubang tutup lubang, bayar utang dengan menerbitkan utang baru," ujar dia.

Menurut Ryan, selama 23 tahun, Amerika selalu lulus dari ancaman gagal bayar ini. Permintaan ke parlemen selalu disetujui. Dia menyebut hal ini demi menyelamatkan wajah AS di mata dunia.

Biden Naikkan Plafon Utang

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy sepakat menaikkan plafon utang pemerintah federal menjadi US$ 31,4 triliun atau setara Rp 467,86 kuadriliun (kurs Rp 14.900) hingga 1 Januari 2025 untuk mencegah terjadinya gagal bayar (default). Kesepakatan tersebut selanjutnya diajukan ke Kongres untuk pemungutan suara.

"Ini adalah kesepakatan yang merupakan kabar baik bagi rakyat Amerika," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih setelah menelepon McCarthy dikutip dari Reuters.

"Ini menghilangkan ancaman gagal bayar yang dahsyat, melindungi pemulihan ekonomi kita yang diperoleh dengan susah payah dan bersejarah," tambah Biden.

Halaman 2 dari 2
(kil/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads