Alat Swab dan Masker Mulai Nggak Laku, Sisanya Dijual ke Mana?

Alat Swab dan Masker Mulai Nggak Laku, Sisanya Dijual ke Mana?

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Jumat, 16 Jun 2023 17:30 WIB
Sejumlah jurnalis menjalani test swab antigen di Kantor BPOM, Jakarta, Kamis (17/11/2022). Indonesia mencatat sebanyak 7.822 kasus baru COVID-19, Kamis (17/11/2022), Kasus aktif kini sebanyak 60.471 kasus.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Penjualan alat swab antigen dan masker mulai sepi peminat. Akibatnya sejumlah penjual alat kesehatan (alkes) Pasar Pramuka, Jakarta Timur, memiliki sisa stok yang tidak terjual.

"Iya, pokoknya grup-grup barang pandemi kan kaya masker, hand sanitizer, ya gitu-gitu lah, sarung tangan. Apalagi swab," kata salah seorang pedagang alkes di Pasar Pramuka, Rony, kepada detikcom Jumat (16/6/2023).

"(Alkes tersebut) ya laku pas pandemi. Ini masih sisa nih (antigen swab), masih sisa tuh 4 box. Ya mau diapain aja, misalnya ada yang mau beli ya kalau nggak ada ya mau gimana. Kalau misalnya expired ya risiko lah namanya dagang," jelasnya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal sebelumnya, saat pandemi berlangsung ia mengaku pernah menjual masker medis dan alat swab antigen dengan harga yang cukup tinggi namun masih laku di pasaran.

Rony mengatakan ia pernah menjual masker dengan harga Rp 200.000 hingga Rp 600.000 per kotak tergantung jenis dan mereknya. Sedangkan untuk alat swab antigen ia pernah membanderol harga di kisaran Rp 1 juta.

ADVERTISEMENT

"Tinggal merem habis. Puluhan karton (masker) ditinggal merem juga ada yang beli. Kalau bukan pembeli, ya toko lain (yang membeli masker tersebut). Kalau sekarang mah ibaratnya kita yang nawarin," tambah Rony.

Meski begitu, ia mengaku tidak menjual alat swab antigen dan masker secara online untuk menghabiskan stok barang. Sebab saat ini persaingan di toko-toko online sudah cukup berat. Belum lagi, menurutnya bila menjual di toko online ia harus membayar biaya admin dan lain sebagainya.

"Nggak, saya nggak jualan (secara online) kalau yang gitu-gitu (masker dan alat swab antigen). Pajaknya (biaya admin) mahal, 4,5%. Dua hari baru masuk duitnya, belum nanti kalau ada yang komplain gini lah, gitu lah," ungkap Rony.

"Bukan saya nggak mau jual (online), tapi saya main online untuk barang-barang lain. Barang-barang yang kayak gitu mah pemainnya terlalu banyak," katanya lagi.

Berbeda dengan Rony, pedagang lain di Pasar Pramuka bernama Anne mengaku juga menjual barang-barang dagangannya secara online. Menurutnya total penjualan secara online dengan berdagang langsung di toko juga tidak jauh berbeda.

"Iya jual (secara online) juga. Tapi ya gitu (kurang peminat). Yah sama saja lah (dengan menjual secara langsung di pasar)," ujar Anne.

(eds/eds)

Hide Ads