Jakarta -
Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid menekankan agar seluruh negara antar ASEAN terus menanamkan investasi di dalam kawasan ASEAN. Menurutnya, penanaman investasi intra-ASEAN adalah kunci pertumbuhan ekonomi intra-ASEAN.
"ASEAN-BAC selaku wadah dari sektor swasta dan bisnis di ASEAN, ingin agar semakin banyak investasi yang hadir di kawasan. Untuk itu kami sepakat agar tercipta sebuah ekosistem perdagangan dan investasi yang teregulasi dengan baik di kawasan," kata Arsjad dalam keterangan tertulis, Jumat (23/6/2023).
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) ini menjelaskan ASEAN merupakan pusat perdagangan dan investasi yang dinamis. ASEAN juga memiliki potensi pemanfaatan kekayaan sumber daya alam dan manusia yang besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melihat data-data yang ada ASEAN memiliki PDB gabungan lebih dari US$ 3 triliun dan FDI lebih dari US$ 170 miliar. Selain itu, pada sisi kemudahan berbisnis atau ease of doing business, data dari World Bank menunjukkan bahwa negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand berada pada peringkat 25 besar," ujar Arsjad.
Menurutnya, ASEAN masih memiliki pekerjaan rumah terkait kemudahan perdagangan dan investasi agar bisa dinikmati oleh seluruh negara di kawasan dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan.
ASEAN diyakini masih perlu memainkan peran dalam perdagangan dan investasi intra-ASEAN. Mengingat proyeksi stagnasi nilai perdagangan intra-ASEAN selama dua dekade terakhir yang mencapai 22-23%. Ia menambahkan perdagangan global negara-negara ASEAN pun mengalami stagnasi pertumbuhan dari angka 6,4% hingga 7,8%.
Adapun stagnasi ini disebabkan beberapa hal, salah satunya sebagian besar produk yang dibuat di ASEAN adalah produk substitusi bukan produk yang bernilai tambah. Hal ini mengakibatkan peluang peningkatan perdagangan antar anggota menjadi terbatas.
Selain itu, non tariff barriers (NTBs) dan non tariff measures (NTMs) menjadi faktor yang mampu menghambat perdagangan. Negara-negara di kawasan ASEAN juga harus saling terintegrasi satu sama lain agar tidak menjadi hambatan.
Halaman selanjutnya: ASEAN Business Entity Jadi Solusi Hadapi Tantangan
ASEAN Business Entity Jadi Solusi Hadapi Tantangan
Dalam menghadapi tantangan ke depan, lanjut Arsjad, ASEAN-BAC mengidentifikasi salah satu isu prioritas mengenai fasilitas perdagangan dan investasi. Melalui isu prioritas ini, dikembangkan legacy project bernama ASEAN Business Entity.
Ia berharap dengan adanya legacy project ini berbagai investasi intra-ASEAN dapat tumbuh, serta memberikan kemudahan-kemudahan khusus antar sesama negara di kawasan guna mendorong tumbuhnya perekonomian di kawasan.
"NTBs dan NTMs menjadi salah satu isu perdagangan di kawasan, hal ini yang ingin kita selesaikan melalui adanya legacy project ini," kata Policy Manager untuk ASEAN-BAC Trade Facilitation Anne Patricia Sutanto.
Sementara itu, Policy Manager untuk Investment Facilitation Roderick Purwana menerangkan ada sejumlah inisiatif untuk mempromosikan perdagangan intra-ASEAN. Misalnya pada sektor energi baru terbarukan, kendaraan listrik, makanan dan minuman, tekstil, dan finansial.
ASEAN-BAC fokus pada peningkatan dan harmonisasi perjanjian perdagangan, termasuk ATIGA, RCEP, dan FTA ASEAN Plus. Ia pun menekankan pentingnya regulasi untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
"Bekerja sama dengan pemerintah, ASEAN-BAC telah memulai beberapa inisiatif, termasuk mereformasi kerangka hukum dan peraturan untuk memberikan perlakuan pajak yang setara bagi perusahaan rintisan, mendorong investasi intra-ASEAN, memperbarui persyaratan perizinan, dan mengurangi biaya kepatuhan," tutur Roderick.
Wakil Ketua ASEAN-BAC Bernardino Vega menambahkan ASEAN Business Entity berusaha membuat cost of doing business di kawasan menjadi lebih rendah.
"ASEAN Business Entity menawarkan solusi jika seorang pengusaha sudah mendirikan perusahaan ASEAN di sebuah negara ASEAN, izin pendiriannya bisa dilegalkan juga di negara ASEAN lainnya, tanpa perlu mendaftarkan entitas bisnisnya awal lagi. Jadi, cost of doing business akan lebih rendah. Ini akan meningkatkan inisiatif insentif untuk berinvestasi inter-ASEAN," jelas Dino.
Ia pun menyebut regulasi yang memudahkan investasi dan perdagangan antar negara ASEAN dapat memicu pertumbuhan ekonomi kawasan. Dengan demikian, kolaborasi antar perusahaan di kawasan akan tercipta.
Prinsip kolaborasi ini pun telah dilakukan oleh berbagai perusahaan besar, seperti PT Astra International Tbk., Sinar Mas, Indika Energy, Bakrie Group, dan Mayora Group. Chairman dan CEO Sinar Mas Agribusiness & Food Franky Oesman Widjaja mengaku pihaknya terus berupaya dan berkontribusi mendukung kemudahan melakukan bisnis di kawasan ASEAN.
"Kemudahan untuk berinvestasi adalah kunci keberhasilan pertumbuhan kawasan," ujar Franky.
Selain itu, Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy Group Azis Armand mengaku pihaknya siap berinvestasi di kawasan ASEAN dan mendukung kemudahan berbisnis di kawasan.
"Sebagai perusahaan investasi dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, kami tahu ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi rantai pasok energi baru dan terbarukan. Untuk itu, Indika juga siap mendorong pemanfaatannya dengan mengutamakan proses berkelanjutan," pungkasnya.