Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah sudah melunasi seluruh utang Indonesia kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Karenanya, saat ini Indonesia berhasil terbebas dari pengaruh IMF.
"Kita harus berterima kasih pada pemerintahan sebelum Pak Jokowi, yaitu di zamannya Pak SBY. Itu berhasil menyelesaikan utang kita ke IMF," kata Bahlil, dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (30/6) lalu.
Sebagai catatan, utang yang dimaksud Bahlil merupakan utang Indonesia ke IMF saat krisis keuangan 1997-1998. Kala itu, saat dilanda krisis keuangan pemerintah Indonesia terpaksa meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila ditotal, setidaknya saat itu Indonesia meminjam dana dari IMF sebanyak 3 kali. Adapun total IMF menyetujui pemberian pinjaman untuk Indonesia sebesar 17,36 miliar Special Drawing Rights (SDR). Nilai itu setara dengan US$ 23,53 miliar atau sekitar Rp 130 triliun.
Namun, pada akhirnya besaran dana yang dicairkan oleh IMF hanya sebesar 11,1 miliar SDR atau sekitar US$ 14,99 miliar (Rp 93,5 triliun).
Secara terperinci, pinjaman pertama diajukan pemerintah Indonesia ke IMF pada 5 November 1997. saat itu IMF menyetujui pinjaman dalam bentuk standby arrangements (sba) senilai 8,34 miliar SDR, tapi yang dicairkan hanya 3,67 miliar SDR.
Kemudian pada 25 Agustus 1998, Lembaga Moneter Internasional menyetujui pinjaman kedua dalam bentuk extended fund facility (eff) senilai 5,38 miliar SDR namun yang dicairkan hanya 3,8 miliar SDR. Lalu terakhir, pada 4 Februari 2000 pinjaman Indonesia kembali disetujui sebesar 3,64 miliar SDR dan semua dicairkan.
Pinjaman IMF tersebut tidak dicairkan secara langsung tetapi secara bertahap mulai 1997 hingga 2003. Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, semua utang tersebut sudah lunas pada Oktober 2006 di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Tonton juga Video: Luhut ke IMF soal Larangan Ekspor Raw Material: Kalian Jangan Macam-macam