Pesan Keras Bahlil buat IMF: Jangan Urus Rumah Tangga Orang Lain!

Pesan Keras Bahlil buat IMF: Jangan Urus Rumah Tangga Orang Lain!

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 13 Jul 2023 22:30 WIB
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Foto: Mohammad Wildan/20detik: Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Jakarta -

Menteri Investasi/Kepala Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meminta International Monetary Fund atau IMF tidak ikut campur dalam urusan rumah tangga negara lain. Adapun hal ini terkait permintaan IMF kepada Indonesia agar tidak memperluas kebijakan hilirisasi.

Bahlil menegaskan hanya Pemerintah Indonesia dan rakyatnya yang tau ke mana negara ini diarahkan, bukan IMF. Bahlil bahkan meminta IMF untuk mengurusi negara-negara yang sakit.

"Kalau pikiran mereka baik, cocok untuk negara Indonesia, kita pakai. Tapi kalau pikiran mereka nggak cocok untuk Indonesia ya sorry. Jangan urus rumah tangga orang. Jadi tolong sampaikan kepada mereka urus saja negara-negara yang kondisi ekonominya lagi sakit," tegas Bahlil, dikutip dari YouTube CNBC Indonesia, Kamis (13/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Bahlil perekonomian Indonesia sudah bagus meski tanpa rekomendasi IMF. Bahkan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20 dengan pertumbuhan di atas 5%.

Ia juga menyinggung langkah Eropa yang menggugat program hilirisasi Indonesia ke WTO. Namun hiliriasi tetap berjalan dan Indonesia terus melakukan perlawanan.

ADVERTISEMENT

"Kita membangun hilirisasi kita dihadang oleh WTO. Tapi kita jalan terus. Karena kita ini tujuan negara ini kita yang tahu, bukan mereka. Kalau mereka mengarahkan kita, dia ada something. Emang kita merdeka ini hasil pemberian?" tanya Bahlil.

"Silakan saja kalau mereka (IMF) lawan, negara kita sudah merdeka kok. Saya mengatakan kepada mereka, jangan campur aduk dan jangan campur-campur urusan negara kami," tegasnya.

Mantan ketua umum HIPMI ini juga buka-bukan jika dirinya tidak setuju dengan sejumlah rekomendasi IMF. IMF dinilai merusak investasi dalam negeri, termasuk menyebabkan deindustrialisasi saat krisis ekonomi tahun 1998. Padahal kontribusi di sektor industri saat itu cukup tinggi.

"Justru jantung pertahanan ekonomi kita sekarang itu investasi. Makanya itu saya agak tidak setuju dengan IMF itu. Ngomongnya itu merusak investasi kita, deindustrialisasi itu adalah rekomendasi IMF saat krisis ekonomi tahun 1998," terangnya.

Adapun rekomendasi IMF saat itu adalah meminta tidak melakukan ekspansi di sektor industri. Hal ini mengakibatkan sejumlah industri strategis tutup, salah satunya adalah PT Dirgantara Indonesia.

(hns/hns)

Hide Ads