Menanggapi hal ini, melalui salah satu cuitan di akun resmi twitter miliknya (@KA121) PT KAI menjelaskan sejumlah faktor atau alasan mengapa kereta api tidak bisa melakukan pengereman mendadak seperti yang dipertanyakan banyak netizen.
"Masyarakat umum, banyak yang belum mengetahui kalau kereta api tidak bisa berhenti atau mengerem mendadak. Terbukti dari beberapa komentar netizen, yang menanyakan mengapa masinis tidak melakukan pengereman, saat mengetahui ada truk yang tersangkut di perlintasan sebidang," tulis KAI, dikutip Kamis (20/7/2023).
Alasan Kereta Api Tidak Bisa Ngerem Mendadak
KAI menjelaskan, kereta api tidak bisa berhenti atau ngerem mendadak karena panjang dan bobot rangkaian. Semakin panjang dan berat rangkaian kereta, maka semakin panjang waktu dan jarak yang dibutuhkan bagi kereta untuk benar-benar bisa berhenti.
Di Indonesia, rata-rata kereta penumpang terdiri dari 8-12 gerbong dengan bobot mencapai 600 ton. Bobot kereta ini belum termasuk berat penumpang dan barang yang dibawanya. Dengan kondisi tersebut, kereta membutuhkan banyak energi untuk membuat rangkaian terhenti.
Selain itu, terdapat sejumlah faktor lain yang berpengaruh pada jarak pengereman yang dibutuhkan kereta agar bisa berhenti. Salah satunya adalah kecepatan, di mana semakin tinggi kecepatan kereta api maka semakin panjang juga jarak pengeremannya.
Kemudian ada juga faktor kemiringan lintasan rel, persentase gaya pengereman, jenis kereta api (kereta penumpang atau barang), jenis rem (blok komposit atau blok besi cor), dan kondisi cuaca.
Sistem Pengereman Kereta Api saat Ini
KAI menjelaskan sistem pengereman yang dipakai pada K.A saat ini menggunakan jenis rem udara. Cara kerjanya adalah dengan mengkompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi.
"Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi (gesekan) pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti," ungkap KAI.
Walaupun kereta telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak. Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar, untuk menghentikan kereta lebih cepat.
"Jadi, meskipun masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat melakukan pengereman," jelasnya lagi.
Bahayanya Jika Kereta Melakukan Pengereman Mendadak
Sebagaimana yang sudah dijelaskan KAI sebelumnya, rem pada rangkaian kereta api bekerja dengan tekanan udara. Rem pada roda dihubungkan ke piston dan susunan silinder.
"Mekanisme yang mengurangi tekanan udara di kereta api, akan memaksa rem mengunci dengan roda. Jika tekanan dilepaskan secara tiba-tiba akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam, sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara," kata KAI.
Bila terjadi, pengereman yang tidak seragam ini bisa menyebabkan kereta dan gerbong tergelincir, atau terseret, hingga terguling. Hal ini tentu akan lebih membahayakan banyak jiwa, khususnya para penumpang KA. (fdl/fdl)