Kementerian Investasi/Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis realisasi investasi periode April-Juni (triwulan II) 2023 sebesar Rp 349,8 triliun. Sedangkan realisasi investasi sejak Januari-Juni 2023 menyentuh Rp 678,7 triliun, atau 48,5% dari target Rp 1.400 triliun.
Seiring pencapaian tersebut, menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) yang dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo tidak masuk ke jajaran 5 besar provinsi tujuan investasi.
Berikut 4 hal penting yang dibeberkan Bahlil terkait Jawa Tengah tak masuk 5 besar tujuan investasi:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Bahlil Buka-bukaan Investasi di Jateng Tak Maksimal
Bahlil menyebut Provinsi Jawa Barat masih menjadi tujuan investasi nomor satu, baik dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Menurut Bahlil, Provinsi Jateng sebenarnya cukup baik dari sisi promosi. Hanya saja, dalam hal realisasi investasi, Bahlil menilai Jateng belum maksimal.
"Kedua DKI Jakarta, nomor tiga adalah Jatim, Ibu khofifah (Gubernur Jatim), keempat adalah Sulawesi Tengah, kelima Banten. Jateng tidak termasuk di dalam lima besar realisasi investasi. Kita butuh kerja keras. Jadi ini. Tetapi pelayanan promosinya bagus. Tapi realisasinya yang belum maksimal," ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian Investasi/BKPM di Jakarta, Jumat (21/7/2023).
2. Pemprov Jateng Harus Lebih Bekerja Keras
Menurut Bahlil, pemerintah Jawa Tengah harus bekerja keras dan berkolaborasi, serta menerapkan inovasi. Namun ia yakin Jawa Tengah bakal menjadi provinsi yang bagus karena memiliki kawasan industri Batang.
"(Jateng) butuh kerja keras lagi, butuh kolaborasi. Saya pikir butuh inovasi kerja sama-sama, kita harus bangun kebersamaan di sana. Saya pikir Jateng ke depan akan jadi provinsi yang bagus karena ada Kawasan Industri Batang di sana," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jumat (21/7/2023).
3. Alasan Investor Pilih Investasi di Jabar Ketimbang Jateng
Bahlil juga sempat membandingkan provinsi Jawa Barat dengan Provinsi yang dipimpin Ganjar Pranowo tersebut. Menurutnya, buruh di Jawa Barat cenderung lebih produktif ketimbang Jawa Tengah, meskipun upah di Jabar lebih mahal. Hal ini membuat investor lebih melirik Jawa Barat untuk tujuan investasi.
"Jawa Barat salah satu daerah yang tenaga kerjanya produktif, sekalipun upahnya mahal. Beda dengan Jawa Tengah. Jawa Tengah oleh bagian investor mengatakan sekalipun upahnya murah, tingkat produktivitasnya itu di Jawa Barat lebih tinggi. Makanya orang lebih suka ke Jawa Barat daripada ke sana (Jawa Tengah)," ujarnya.
Namun, Bahlil berpandangan para investor belum sepenuhnya terjun langsung ke Jawa Tengah. Pasalnya kawasan industri di wilayah itu dinilai sudah bagus.
"Tapi kami sampaikan kepada mereka bahwa itu mungkin karena belum dicoba saja, itu kan persepsi pengusaha. Toh buktinya banyak di Jateng, Jatim lebih bagus kok," tuturnya.
4. 5 Besar Provinsi dengan Realisasi Investasi Triwulan II
Realisasi investasi yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) di triwulan II sebesar Rp 186,3 triliun atau 53,3%. Sementara dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 163,5 triliun atau 46,7%.
Total realisasi investasi tertinggi dari PMA dan PMDN masih dipegang provinsi Jawa Barat dengan Rp 53,7 triliun, diikuti Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Rp 43 triliun, Jawa Timur Rp 31,1 triliun, Sulawesi Tengah Rp 26,6 triliun, dan Banten Rp 24,9 triliun.
Khusus untuk capaian realisasi PMA, Jawa Barat berhasil mencatatkan sebagai lokasi dengan realisasi PMA tertinggi yaitu sebesar US$ 2,6 miliar dan kemudian diikuti Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur.
Sementara untuk realisasi PMDN, provinsi DKI Jakarta mencatatkan realisasi tertinggi sebesar Rp 21,6 triliun dan diikuti Riau, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.
(hns/hns)