Antisipasi El Nino, Kementan Validasi Data EWS Sipantara di 3 Provinsi

Antisipasi El Nino, Kementan Validasi Data EWS Sipantara di 3 Provinsi

Erika Dyah Fitriani - detikFinance
Minggu, 23 Jul 2023 10:55 WIB
Kementan validasi EWS Sipantara
Foto: dok. Kementan
Jakarta -

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengungkapkan pihaknya menyiapkan tiga strategi kebijakan pembangunan hortikultura terkait perubahan iklim, yaitu antisipasi, mitigasi, dan adaptasi. Hal ini dilakukan sebagai salah satu langkah cepat mengantisipasi El Nino dan puncak musim kemarau pada Agustus-September.

"Langkah konkret Ditjen Hortikultura yang dilakukan di lapangan adalah menyusun Early Warning System (EWS) perlindungan hortikultura dengan melakukan pengumpulan data dan informasi iklim dari UPTD BPTPH se-Indonesia. Kami juga berkoordinasi dengan BMKG setempat tentang prakiraan iklim hingga 6 (enam) bulan ke depan dan antisipasi ketersediaan air hujan," ujar Prihasto dalam keterangan tertulis, Minggu (23/7/2023).

Sementara itu, Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra menyampaikan Direktorat Perlindungan Hortikultura melakukan langkah terobosan dengan memastikan Sistem Peringatan Dini Perlindungan dan Pengelolaan Jadwal Tanam (EWS SIPANTARA) bisa segera disosialisasikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menugaskan tim sebelum launching dan sosialisasi untuk segera mem-validasi data EWS khususnya pada daerah penyangga aneka cabai dan bawang merah nasional. Lokasi yang akan divalidasi tim ada 3 provinsi yaitu Jatim, Jabar, Jateng," jelas Jekvy.

Ia merinci kabupaten terpilih untuk divalidasi, antara lain Kediri, Malang, Bandung, Garut, Temanggung, dan Magelang. Menurutnya, upaya ini menjadi langkah konkret penanganan dampak perubahan iklim berupa langkah adaptasi dan mitigasi pada lokasi kampung hortikultura.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengingatkan jajaran Kementan untuk melakukan terobosan. Pasalnya, perubahan iklim telah membawa dampak signifikan bagi ketersediaan bahan pangan nasional.

Berdasarkan pantauan BMKG Jawa Timur, hingga pertengahan Juli 2023, gangguan iklim global El Nino mulai terasa dampaknya di Jawa Timur. Secara umum El Nino akan mengakibatkan iklim kering di Indonesia khususnya Jawa Timur, terutama pada periode Juli hingga Oktober.

Hingga pertengahan Juli 2023, sebagian besar wilayah di Jawa Timur sudah mulai mengalami Hari Tidak Hujan (HTH) ekstrem panjang. Artinya, lebih dari 60 hari sudah tidak ada hujan.

Perwakilan Asosiasi Cabai Jatim Suyonomengatakan saat ini pihaknya menghadapi kekurangan air di berbagai wilayah kampung cabai, pembagian air yang ditarik melalui sungai dengan pompa juga tidak merata, serta adanya virus gemini dominan di lapangan karena petani masih menggunakan benih open pollinated (op).

"Dengan kondisi curah hujan saat ini yang sangat jarang, ini menandakan musim kemarau dan El Nino sudah masuk. Kami berharap pemerintah dapat membantu kelompok tani dengan sumur dalam maupun sumur dangkal untuk mengantisipasi hal ini," ungkap Suyono.

Menanggapi hal tersebut, Koordinator Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam Agung Sunusi menyampaikan saat ini timnya melakukan validasi Early Warning System Pengelolaan Jadwal Tanam komoditas strategis Hortikultura (EWS SIPANTARA) di Kabupaten Kediri.

"Dari hasil pantauan kami di lapangan bersama tim EWS SIPANTARA, tervalidasi bahwa sistem yang sudah terbangun mengindikasikan bahwa wilayah Kabupaten Kediri secara umum telah masuk ke musim kemarau. Kekeringan di sebagian lahan juga sudah mulai terlihat, sehingga perlu langkah antisipasi, mitigasi, dan aksi nyata menghadapi dampak El Nino tahun ini," pungkas Agung.




(anl/ega)

Hide Ads