Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan ada 30 negara yang menjadi pasien Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) akibat kondisi ekonomi global tertekan. Dari jumlah itu, kondisi 11 negara di antaranya sudah membaik.
"Per hari ini ada 30 negara menjadi pasien IMF dan 11 baru mulai membaik. Pada saat krisis asia 1998 itu hanya kurang dari 10 negara, tapi kali ini betul-betul pasca pandemi banyak negara menjadi pasien," kata Airlangga di Hotel Grand Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu (26/7/2023).
Airlangga mengatakan masalah yang dihadapi dunia saat ini kompleks dan bertingkat karena El Nino, perang Rusia-Ukraina, hingga ketegangan Amerika Serikat-China. Semua negara juga disebut menghadapi permasalahan mulai dari pangan, pupuk, dan energi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah Indonesia menangani itu semua. Jadi Indonesia menjadi champion yang berbeda," ujar Airlangga.
Hal itu dibuktikan dengan Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang berada pada level ekspansif di level 52,7, naik dari posisi bulan lalu 50,3. Jumlah itu lebih baik dibanding beberapa negara.
"Bayangkan Malaysia masih 47,7, Vietnam 46,2, kemudian Filipina 50,9," imbuhnya.
Ekonomi Indonesia juga mampu tumbuh 5,3% year on year (yoy) pada 2022, di tengah risiko perlambatan ekonomi global. Kemudian capaian inflasi hingga pertengahan 2023 tetap terkendali dan telah masuk dalam kisaran target 3+-1%.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas berbagai negara lain bahkan di antara negara-negara terbesar di dunia G20. Pertumbuhan Indonesia adalah yang kedua, kita tumbuh 5,03%," ucapnya.
Seiring menguatnya kondisi perekonomian, penciptaan lapangan kerja juga semakin membaik. Hal itu berdampak pada turunnya tingkat pengangguran yakni Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional pada Februari 2023 berada pada angka 5,45%.
Simak juga Video 'Luhut ke IMF soal Larangan Ekspor Raw Material: Kalian Jangan Macam-macam':