Mubazir! 48 Juta Ton Makanan Terbuang Percuma, Indonesia Rugi Rp 551 T

Mubazir! 48 Juta Ton Makanan Terbuang Percuma, Indonesia Rugi Rp 551 T

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 27 Jul 2023 13:53 WIB
Ilustrasi gizi makanan
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Isu penanganan food loss and waste (penyusutan dan pemborosan pangan) menjadi perhatian global dan tentu Indonesia. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi pun mengungkap betapa besarnya prilaku pemborosan makanan di Indonesia

Arief menjelaskan berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada kurun waktu tahun 2000-2019, Indonesia menghasilkan 23-48 juta ton sampah makanan per tahun. Makanan di sini adalah makanan yang tidak dimakan karena kelebihan pasokan.

Menurut Arief, seharusnya jutaan ton sampah makanan tersebut dapat menghidupi 61-125 juta orang atau 29-47% populasi rakyat Indonesia. Sedangkan secara ekonomi, food loss and waste telah mengakibatkan kerugian sekitar Rp 551 triliun atau setara dengan US$ 36,6 milliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan estimasi kerugian yang ditimbulkan dari adanya sampah pangan tersebut, tentunya harus kita cegah dengan memanfaatkan pangan yang berpotensi terbuang melalui gerakan stop boros pangan. Gerakan ini harus menjadi gerakan kita bersama dari seluruh lapisan masyarakat. Terlebih lagi FAO telah mengingatkan bahwa saat ini kita menghadapi ancaman krisis pangan global." ujarnya, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/7/2023).

Keterangan ini disampaikan Arief saat menghadiri Leadership Dialog pada forum United Nation Food Systems Summit (UNFSS) +2 Stocktacking Moment di Roma, Italia, Rabu (26/07/2023) waktu setempat.

ADVERTISEMENT

Dalam kesempatan itu, Arief menerangkan sangat penting bagi setiap negara untuk mencegah dan mengurangi food loss and waste. Karena dari datanya, sekitar 14% dari total produksi pangan global mengalami penyusutan (food loss) , dan 17% pangan terbuang percuma karena perilaku boros pangan (food waste).

"Karena itu kita memerlukan kolaborasi global dalam upaya menekan food loss and waste mengingat dampaknya terhadap ketahanan pangan dan gizi." ungkapnya.

Arief juga menjelaskan berdasarkan mata rantai produksi pangan, poin terbesar yang berpengaruh dalam food loss and waste terjadi pada tahap konsumsi. Hal ini menjadi acuan pemerintah dalam merumuskan kebijakan pemerintah dalam menangani food loss and waste secara efektif.

"Dalam menghadapi isu food loss and waste, Indonesia telah mengidentifikasi beberapa kebijakan, antara lain dengan mengubah perilaku, peningkatan support system, penguatan regulasi, optimalisasi pendanaan, pemanfaatan food loss and waste, pengembangan kajian, serta pendataan food loss and waste," ujarnya.

Untuk itu, pada kesempatan tersebut Arief memaparkan sejumlah strategi mencegah food loss and waste antara lain dengan membuat platform dan berkolaborasi lintas sektor yang melibatkan tiga kelompok pelaku.

Kelompok pertama adalah penyedia makanan/donator yang meliputi restoran, hotel dan retail dan penjual makanan lainnya. Kelompok kedua adalah organisasi sosial yang menjadi food hub yang bertugas dalam menghubungkan penyedia/donor makanan dengan kelompok penerima, seperti FoodBank of Indonesia, Yayasan Surplus, Badan Amil Zakat Nasional, dan lain-lain.

"Kelompok terakhir adalah kelompok penerima manfaat yang tengah menghadapi masalah kekurangan pangan di antaranya anak-anak, lansia, panti asuhan dan pihak-pihak yang membutuhkan," ungkapnya.

Lebih lanjut, pemerintah Indonesia juga menyediakan dan memfasilitasi kendaraan logistik pangan untuk pendistribusian pangan berlebih dari pendonor ke penerima manfaat. Tidak kurang dari 27 ton pangan berlebih telah didistribusikan kepada kelompok penerima manfaat di Jakarta sepanjang Desember 2022-Februari 2023.

"Ini tentunya akan kita perluas ke berbagai wilayah sehingga gerakan ini terus bergulir dan berdampak positif pada ketahanan pangan kita." ujar Arief.

Selain itu, pemerintah melalui NFA juga mendorong gerakan nasional yang disebut "Stop Boros Pangan/Stop Food Waste" untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang food loss and waste. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo agar mewaspadai ancaman krisis pangan salah satunya dengan menekan food loss and waste.

"Harapannya dengan mempromosikan kampanye ini, sosialisasi dan iklan kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi pemborosan makanan, baik di tingkat nasional maupun provinsi dan kabupaten," tutupnya.

Lihat juga Video 'Kemendag Musnahkan 140 Ton Barang Ilegal Senilai Rp 13,3 M':

[Gambas:Video 20detik]



(ada/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads