Sri Mulyani Sebut Banyak Penduduk Negara Lain Tak Bahagia, Gimana dengan RI?

Sri Mulyani Sebut Banyak Penduduk Negara Lain Tak Bahagia, Gimana dengan RI?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 31 Jul 2023 12:45 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani turut menjadi nara sumber dalam #DemiIndonesia. Sri Mulyani bicara tentang keuangan Indonesia.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, masih banyak negara-negara yang masyarakatnya tidak senang alias hepi. Hal ini disebabkan karena kondisi lonjakan inflasi dan suku bunga tinggi masih terjadi di negara-negara tersebut.

"Kalau inflasi tinggi, masyarakatnya tidak hepi," kata menteri yang akrab disapa Ani itu, dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal yang disiarkan secara langsung lewat Kanal Youtube Kementerian Keuangan RI, Senin (31/7/2023).

Menurutnya, negara-negara dengan inflasi yang tinggi akan berimbas kepada kebahagiaan dari para penduduknya. Demi mengendalikan inflasi, suku bunga dikerek naik, hingga akhirnya negara tersebut terpaksa 'mengerem' atau menghentikan sisi permintaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun kalau direm, dari sisi demand dan suplainya kena disrupsi, pasti negara itu ekonominya tidak membaik kondisinya," ujarnya.

Inflasi dan suku bunga yang tinggi masih terjadi di beberapa negara saat ini, seperti halnya di India, suku bunga yang tadinya hanya di 3% kini menjadi 6,5%. Lalu Brazil, yang tadinya sekitar 3% juga melonjak naik ke 13,3%, Meksiko di 11,2% dari semula 3% juga. Begitu pula dengan Inggris yang suku bunganya di 5%.

ADVERTISEMENT

"(Masyarakat) tidak hepi berarti menjadi krisis politik di berbagai negara Eropa. Sekarang pemilunya sedang menghadapi kondisi yang tidak baik. Masyarakatnya tidak hepi, ada pengangguran dan juga ada imigrasi yang berasal dari negara-negara yang kemudian pindah," kata Ani.

Ani menjelaskan, suku bunga negara maju yang sangat tinggi ini tidak hanya mengendalikan inflasi, namun juga mempengaruhi cost of fund di seluruh negara. Di AS sendiri, The Fed telah menaikkan suku bunga menjadi 5,75%. Sedangkan di Eropa juga naik menjadi 4,5% yang semula juga 0%.

Di sisi lain, tatkala dunia tengah begitu runyam dengan ekonomi yang melemah serta suku bunga yang melonjak tinggi, kondisi berkebalikan terjadi di Indonesia, yang mana telah menunjukkan pemulihan. Ani mengatakan, Indonesia mampu bertahan dengan pertumbuhan di atas 5% selama 6 kuartal berturut-turut.

"Ini dalam suasana dunia guncang tadi. Dan kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi ini cukup sehat, didukung sisi demand, permintaan dan sisi suplainya. Dari sisi suplai tadi, kita termasuk PMI Manufaktur kita cukup positif dan sektor lain yang juga mulai pulih," jelasnya.

Selain itu, Ani juga mengklaim pertumbuhan ekonomi RI cukup merata di setiap daerahnya. Di daerah Pulau jawa sendiri, pertumbuhan ekonominya telah mencapai 5,3% di 2022 lalu dan pada kuartal I 2023 sudah di atas 5%.

Sementara itu untuk daerah lainnya pada kuartal I 2023, Sumatera sendiri juga telah tumbuh 4,8%, Kalimantan 5,8%, Sulawesi 7%, Bali dan Nusa tenggara 4,7%, serta Maluku dan Papua 2%. Kondisi ini menunjukkan Indonesia masih mampu untuk menjaga stabilitas.

"Ini hal yang bagus. Jadi, saya ingin mengatakan bahwa Indonesia memiliki kinerja ekonomi yang relatif baik, stabil dan perform, karena ada yang hanya perform satu semester atau 1 kuartal and then jatu lagi. Nah Indonesia ini 6 kuartal berturut-turut," pungkasnya.

Tonton juga Video: Memoar Rosmala, Hidup Sebagai Ronggeng

[Gambas:Video 20detik]



(rrd/rir)

Hide Ads