Kecurigaan Pemerintah soal Sapi Impor dari Australia Kena Penyakit Kulit

Kecurigaan Pemerintah soal Sapi Impor dari Australia Kena Penyakit Kulit

Ilyas Fadilah - detikFinance
Selasa, 01 Agu 2023 16:48 WIB
Ilustrasi sapi di kandang kelompok peternak sapi Kapanewon Srandakan, Bantul.
Ilustrasi sapi - Foto: Pradito Rida Pertana/detikJateng.
Jakarta -

Sebanyak 13 sapi hidup yang diimpor dari Australia terdeteksi mengidap penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit infeksius. Tetapi Menteri Pertanian Australia Murray Watt memastikan sapi yang dikirim negaranya terbebas dari LSD.

Namun, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Bambang menyebut ada potensi bahwa sapi impor tersebut sudah mengidap LSD saat dikirim dari Australia. Bambang memperhitungkan masa inkubasi (waktu yang diperlukan dari awal infeksi sampai munculnya gejala klinis) LSD dengan durasi pengiriman sapi dari Australia ke Indonesia.

"Umur inkubasi LSD dibanding dengan perjalanan dari Australia itu yang kira-kira paling lama seminggu. Sehingga dibandingkan masa inkubasi LSD yang sampai 28 hari misalnya, sangat kemungkinan itu (LSD) dari sana (Australia)," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (1/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisa jadi kejadian ini disebabkan berasal dari Indonesia. Tetapi kita juga perlu ada kecurigaan jangan sampai ini terjadi di sana," tambahnya.

Bambang berharap temuan penyakit LSD pada sapi impor menjadi masukan bagi para peternak di Australia agar tidak meluas ke fasilitas peternakan lainnya. Namun, jika sapi tersebut ternyata terjangkit LSD di Indonesia, ia menyebut hal ini akan menjadi koreksi pemerintah.

ADVERTISEMENT

Sejauh ini ada 60 fasilitas peternakan di Australia yang diizinkan mengekspor sapi hidup ke Indonesia. Sementara 13 sapi yang positif LSD berasa dari 4 peternakan. Artinya untuk sementara, Indonesia kini hanya mengekspor sapi hidup dari 56 peternakan di Australia.

Awalnya, kata Bambang, Australia sempat membantah jika sapi kiriman mereka terjangkit LSD. Pasalnya Australia menganggap sistem keamanan peternakannya sudah kuat.

"Kita sampaikan atas temuan kita pastinya, Australia membantah. Kemudian ingin tahu, seperti apa sih yang dilakukan pejabat Karantina di Indonesia. Kok berani-beraninya mengatakan Sapi Australia tertular LSD. Sementara kekuatan security mereka menganggap lebih kuat," ujar Bambang.

Namun, Barantan kemudian menjelaskan investigasi Barantan sudah sesuai prosedur. Sapi yang baru turun dari kapal langsung diperiksa dan diambil sampelnya, kemudian diuji, hingga tim kedokteran berhasil mendeteksi sapi yang terjangkit LSD.

"Setelah kita laporkan dan klaim dari sana seakan-akan tidak kan. Luar biasa juga, minta lah data ke kita, macam-macam gitu. Kapan (sapinya) diperiksa, bagaimana cara memeriksanya, dan seterusnya. Dan bahkan diikuti kedatangan tim mereka ke sini minta penjelasan seperti apa," jelas dia.

Hingga pada akhirnya, Australia meminta waktu selama 60 hari terhitung sejak 12 Juli 2023 untuk melakukan investigasi mendalam. Pada tenggat waktu yang ditentukan, pemerintah Indonesia akan memutuskan kelanjutan impor sapi dari keempat fasilitas peternakan tersebut.

Simak Video: Melihat Tradisi Karapan Sapi Brujul di Probolinggo

[Gambas:Video 20detik]



(ily/kil)

Hide Ads